LAHIR DAN BERKEMBANGNYA AGAMA HINDU
LAHIR DAN BERKEMBANGNYA AGAMA HINDU
- Latar Belakang
Agama
Hindu (Sanskerta: Sanātana Dharma “KebenaranAbadi”), dan Vaidika-Dharma
(“Pengetahuan Kebenaran”)
adalah sebuah
agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda
(Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran
(Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai
1300 SM dan merupakan
agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini. Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen
dan Islam dengan jumlah umat sebanyak hampir 1 miliar jiwa.
Penganut
agama Hindu sebagian besar terdapat di anak benua India. Di sini terdapat sekitar 90% penganut
agama ini. Agama
ini pernah tersebar di Asia
Tenggara sampai kira-kira abad ke-15, lebih tepatnya pada masa keruntuhan Majapahit. Mulai saat itu agama ini digantikan oleh agama Islam dan juga Kristen. Pada masa sekarang, mayoritas pemeluk agama Hindu di
Indonesia adalah masyarakat
Bali, selain itu juga yang tersebar di
pulau Jawa, Lombok, Kalimantan
(Suku Dayak Kaharingan), Sulawesi
(Torajadan Bugis-Sidrap).
Di
India sebagian besar masyarakatnya beragama hindu. Rakyat yang
beragama Hindu, sebagian besar berasal dari kasta rendah dan tidak mempunyai kasta. Di India terdapat 200
bahasa. Bahasa persatuannya adalah bahasa Hndustani yang terdiri dari bahasa Hindi dan bahasa Urdu, bahasa
Hindi adalah bahasa
yang sebagian besar rakyat yang beragama
Hindu.
- Munculnya Agama Hindu di India
Perkembangan
agama Hindu-Budha tidak dapat lepas dari peradaban lembah Sungai Indus, di
India. Di Indialah mulai tumbuh dan berkembang agama dan budaya Hindu dan
Budha. Dari tempat tersebut mulai menyebarkan agama Hindu-Budha ke tempat lain
di dunia. Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria (cirinya kulit
putih, badan tinggi, hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa melalui celah
Kaiber (Kaiber Pass) pada 2000-1500 SM dan mendesak bangsa Dravida (berhidung
pesek, kulit gelap) dan bangsa Munda sebagai suku bangsa asli yang telah
mendiami daerah tersebut. Bangsa Dravida disebut juga Anasah yang berarti
berhidung pesek dan Dasa yang berarti raksasa. Bangsa Aria sendiri termasuk
dalam ras Indo Jerman. Awalnya bangsa Aria bermatapencaharian sebagai peternak
kemudian setelah menetap mereka hidup bercocok tanam. Bangsa Aria merasa ras
mereka yang tertinggi sehingga tidak mau bercampur dengan bangsa Dravida.
Sehingga bangsa Dravida menyingkir ke selatan Pegunungan Vindhya.
Orang Aria
mempunyai kepercayaan untuk memuja banyak Dewa (Polytheisme), dan kepercayaan
bangsa Aria tersebut berbaur dengan kepercayaan asli bangsa Dravida. Oleh
karena itu, Agama Hindu yang berkembang sebenarnya merupakan sinkretisme
(percampuran) antara kebudayaan dan kepercayaan bangsa Aria dan bangsa Dravida.
Selain itu, istilah Hindu diperoleh dari nama daerah asal penyebaran agama
Hindu yaitu di Lembah Sungai Indus/ Sungai Shindu/ Hindustan sehingga disebut
agama dan kebudayaan Hindu. Terjadi perpaduan antara budaya Arya dan Dravida
yang disebut Kebudayaan Hindu (Hinduisme). Daerah perkembangan pertamanya
terdapat di lembah Sungai Gangga, yang disebut Aryavarta (Negeri bangsa Arya)
dan Hindustan (tanah milik bangsa Hindu).
- Dewa-dewa dalam Agama Hindu
a.
Dewa Brahma
Dewa
Brahma mempunyai empat buah kepala yang melihat kesegala penjuru. Ini adalah suatu tanda yang menyatakan kebijaksanaannya. Ialah pencipta segala sesuatu dan istrinya Saraswati adalah Dewi Kesenian. Dewa Brahma sekarang tidak lagi dipandang sebagai dewa yang terutama. Di seluruh India hanya ada sebuah Candi Brahma.
b.
Dewa Wisnu
Dewa Wisnu semakin lama semakin banyak pemujaan. Ia diwujudkan sebagai dewa yang penyayang
yang bertangan empat,
senantiasa berbaring
di atas tempat tidurnya seekor ular bernama Ananta, yang mempunyai seribu kepala. Ia hanya bangun bila terdengar doa dewa-dewa yang lain,
bila mereka memerlukan seseorang juru pemisah dan penolong, untuk menjaga seluruh alam, karena kadang-kadang terancam oleh kekuasaan-kekuasaan
yang jahat.
Menurut kepercayaan Hindu, Wisnu menjelma sepuluh kali. Sembilan dari penjelmaan itu telah berlaku, akan tetapi penjelmaan yang kesepuluh masih akan tiba.
Menurut kepercayaan Hindu, Wisnu menjelma sepuluh kali. Sembilan dari penjelmaan itu telah berlaku, akan tetapi penjelmaan yang kesepuluh masih akan tiba.
c. Dewa Syiwa
Dewa Syiwa di wujudkan sebagai seorang pengemis kayangan dan menjadi seorang pelancong yang suka bergaul dengan hantu dan orang halus yang
selalu berkeliaran
di tempat-tempat pembakaran mayat dan gurun pasir. Ia tidak mempunyai istana, sebab itu ia diam bersamaan dengan istrinya Durga di atas gurun Kailasa di pegunungan
Himalaya. Menurut orang Hindu hal ini adalah akibat dari sumpah dewa Brahma, karena Syiwa telah memancung salah satu kepala Brahma ketika timbul pertengkaran antara ke duanya tentang kekuasaan.
Ia menjadi dewa bagi orang-orang
pertapa dan mereka yang telah menguasai hukum-hukum alam. Binatang kendaraannya, Nandi pun
dipuja orang. Isterinya mempunyai beberapa nama : Pervati, Durga, Kali,
Sakti, Devi, Uma dan sebagainya.
Anak mereka ada dua orang, yaitu Ganesya dan Kartikaya.
Dari kedua anak Syiwa ini, Ganesya lah yang lebih dihormati orang. Ini adalah dewa kecerdasan dan kesabaran. Ia berkepala gajah dan bertubuh manusia. Hal ini adalah sumpah dewa Brahma. Kartikaya, anak yang bungsu adalah dewa peperangan.
Dari kedua anak Syiwa ini, Ganesya lah yang lebih dihormati orang. Ini adalah dewa kecerdasan dan kesabaran. Ia berkepala gajah dan bertubuh manusia. Hal ini adalah sumpah dewa Brahma. Kartikaya, anak yang bungsu adalah dewa peperangan.
d. Dewa-dewa perorangan
Orang
Hindu mempunyai tiga dewa pujaan: Gramadewata,
dewa yang melindungi kampong atau kota. Kuladewata, dewa
yang melindungi rumah
4tangga. Isytadewata,
dewa perseorangan.
Kedua dewa yang pertama di perolehnya sejak lahir, sedang Isytadewa tadi pilih sendiri dari salah satu dewa yang banyak itu.Jadi ada kemungkinan seorang mendapat Kali Nandi
Isjtadewata. Akan
tetapi ada juga kemungkinan bahwa satu dewa menduduki ketiga tempat itu.
Pemujaan terhadap Gramadewata di jalankan
di dalam candi dari kota atau kampung. Seorang Hindu
yang taat selalu mengunjungi candi tiap pagi sesudah ia mandi. Di sini ia mengucapkan doanya atau membawa korban berupa bunga atau buah-buahan. Sekali atau dua kali setahun di adakan perayaan untuk menghormati Gramadewata. Pemujaan terhadap Kuladewata dan Isjtadewata ini bermacam-macam coraknya pada tiap-tiap rumah tangga.
- Sistem Kasta dalam Agama Hindu
a.
Brahmana
Di dalam buku ke-10 dari reg-Veda , tertulis: “golongan Brahmana keluar dari mulut dewa, golongan Ksatria dari tangannya, Vaisya dari paha atau perutnya, dan akhirnya golongan Sudra keluar dari telapak kakinya.arti kiasan yang mengatakan bahwa golongan Brahma keluar dari mulut Brahma ialah bahwa Golongan Brahmana merupakan guru dari rakyat.
Di dalam buku ke-10 dari reg-Veda , tertulis: “golongan Brahmana keluar dari mulut dewa, golongan Ksatria dari tangannya, Vaisya dari paha atau perutnya, dan akhirnya golongan Sudra keluar dari telapak kakinya.arti kiasan yang mengatakan bahwa golongan Brahma keluar dari mulut Brahma ialah bahwa Golongan Brahmana merupakan guru dari rakyat.
Kelompok brahmana ialah pemikir, ahli filsafat dan para rohaniawan agama
Hindu. (Su’ud,17:1988). Didalam masyarakat Hindu kaum brahamana ini bertugas
mengurus soal kehidupan keagamaan. Mereka adalah orang yang paling mengerti
mengenai seluk beluk agama Hindu, karena kegiatan sehari-harinya hampir selalu
dikaitkan dengan kegiatan keagamaan selain itu ereka juga mempunyai peranan
yang sangat besar bagi berjalannya pemerintahan, karena para brahman ini
membimbing para warga dan juga memberikan nasehat terhadap raja dalam
menjalankan pemerintahannya. Sehingga dalam uritan kasta ini para btahman
menduduki posisi yang paling atas.
Kewajiban-kewajiban kasta Brahmana adalah sesuai dengan kedudukan sosial
mereka. Sungguhpun tak suatu kasta yang lain dapat membuat peraturan-peraturan
bagi kasta Brahmana, namun hidup mereka haruslah tunduk kepada suatu disiplin
sendiri yang sangat keras. Hidup mereka haruslah diabdikan kepada
kewajiban-kewajiban terhadap dirri sendiri, terhadap masyarakat dan terhadap
dewa-dewa. Dia harus hidup dengan sederhana sekali, harus suka bertamu dan
bertabit altruistis.
Hidup seorang Brahmana dapat dibagi dalam 4 tingkat masa atau asjrama:
Hidup seorang Brahmana dapat dibagi dalam 4 tingkat masa atau asjrama:
a)
Brahmatsjarya
b)
Grahasta
c)
Vanaprasta
d)
Sanyasa
b.
Ksatria
Kaum elite dalam masyarakat beragama hindu terdiri dari kaum bangsawan yang
mengelola kekuasaan duniawi dalam arti mereka adalah orang-orang yang
berkewajiban menjalankan pemerintahan termasuk pertahanan Negara. Yang termasuk
dalam golongan ini adalah raja beserta keluarganya, para pejabat pemerintah,
dan para tentara.
Ajaran-ajaran kuno mengatakan, bahwa rakyat harus menghormati rajanya
sebagai seorang dewata. Raja harus berlaku kepada rakyatnya sebagai perlakuan
seorang bapak terhadap anak-anaknya. Harta-harta rakyat tidak boleh dihisapnya
dengan jalan mengadakan pajak yang tidak-tidak. Dengan segala daya upaya raja
harus menjamin ketertiban dalam kerajaannya dan menghukum orang-orang jahat serta
membinasakan tiap-tiap anasir yang asosial. Seorang Raja juga harus berusaha
supaya kasta Brahmana tidak kekurangan apa-apa.
c.
Waisya
Kaum yang memiliki profesi sebagai para pedagang besar, para pemilik modal
maupun para petani kaya yang mempunayi lahi pertanian yang cukup luas. Walaupun
berada dalam lapisan ketuga namun dalam golongan masyarakat biasa yang
tergolong dalam golongan sudra ini mereka memiliki peran yang cukup penting.
Karena mereka merupakan kaum yang memberikan nafkah bagi sudra karena mereka
ini memperkerjakan sudra sebagai pekerja, buruh maupun budak. Selain itu para
waisya ini merupakan kekuatan sosial yang menguasai sektor ekonomi dalam hal
produksi dan distribusi.
Kasta Vaisyalah kasta yang terendah diantara kasta-kasta yang anggotanya disebut
“ orang yang dua kali dilahirkan” yang berhak menyebut dirinya bangsa Arya.
Tanda perbedaan dari orang-orang arya ini ialah munya (seutas tali yang suci)
yang disandang diatas bahu kiri terus kepinggang kanan.
Sebagai halnya kasta Ksatria, kasta Vaisyapun yang asli tidak ada lagi yang
hidup pada dewasa ini menurut perkataan kasta Brahmana. Namun demikian, banyak
sekali golongan suku di India sekarang yang menyebut dirinya kasta Vaisya.
Menurut kaum Brahmana, semua kasta Vaisya yang ada sekarang adalah bekas kasta
Sudra yang lambat laun bertambah tinggi kedudukannya disebabkan harta bendanya.
Tetapi dari mana sajapun kebenaran asal mereka yang pasti ialah bahwa kasta
Vaisya yang pada dewasa ini, pada umumnya adalah orang-orang yang berada.
d.
Sudra
Biasanya masyarakat yang bermata pencaharian sebagi petani peternak, para
pekerja, buruh, maupun budak, mereka ini adalah para pekerja kasar. Mereka
mempunyai banyak kewajiban terutama wajib kerja tetapi keberadaannya kurang
diperhatikan dan mereka yang berada dalam golongan ini menmduduki kedudukan
yang kurang terhormat dalam masyarakatnya.
Pembagian masyarakat dalam beberapa golongan atau kasta. Dari susunan kasta
inilah yang sering menimbulkan berbagai masalah sosial kemasyarakatan, dan
menjadi penghambat dalam penyelesaian masalah pemerintahan, pemilihan secara
demokratis, persamaan hak dan kemerdekaan dalam hubungan sosial kemasyarakatan.
Di india, terdapat masyarakat dengan status ekonomi yang tinggi dan di sisi
lain sebagian besar rakyat hidup dalam garis kemiskinan dan kesengsaraan.
- Perkembangan Agama Hindu
a. Perkembangan Agama Hindu di India Pada zaman Veda
Zaman ini dimulai dan datangnya Bangsa Arya, + 2500 SM ke India, dengan
menempati lembah Sungai Sindhu yang dikenal dengan nama Punjab (daerah lima
aliran sungai).
Bangsa Arya tergolong ras Indo Eropa yang terkenal sebagai Bangsa yang
gemar mengembara tetapi cerdas, tangguh dan trampil. Selanjutnya pada zaman ini
merupakan zaman mulainya penulisan Wahyu suci yang pertama yaitu Reg Veda. Kehidupan
beragama pada zaman ini didasarkan atas ajaran-ajaran yang tercantum pada Veda
Samhita, yang lebih banyak menekankan pada pembacaan perafalan ayat-ayat Veda
secara oral, yaitu dengan menyanyikan dan mendengarkan secara berkelompok.
Veda adalah kitab suci Agama Hindu yang dturunkan oleh ida Sang Hyang Widhi
Wasa kepada umat Hindu melalui para Rsi (Sapta Rsi) yaitu Rsi Grtsamada, Rsi
Viswamitra, Rsi Atri, Rsi Bharadvaja, Rsi Vasistha, Rsi Kanva dan Rsi Vamadeva.
Selanjutnya setelah wahyu tersebut diterima, maka atas jasa Maharsi Vyasa
dan empat orang muridnya membukukan wahyu tersebut menjadi empat bagian yang
sampai sekarang dikenal dengan nama Catur Veda, terdiri dari:
a)
Maharsi Pulaha membukukan Reg
Veda
b)
Maharsi Jaimini membukukan Sama
Veda
c)
Maharsi Vaisampayana membukukan
Yajur Veda
d)
Maharsi Sumantu membukukan
Atharva Veda
a) Reg Veda, merupakan kitab tertua
dan terpenting. Isinya dibagi atas 10 Mandala, menunjukkan kebenaran yang
mutlak. Mantranya terdiri dari 10.552 yang diucapkan untuk mengundang, mendekatkan
Tuhan dan manifestasinya yang dipuja agar hadir pada saat upacara Pengucapan
mantra adalah pemimpin upacara yang disebut Hotr.
b) Sama Veda, isinya diambil dan Reg
Veda, kecuali beberapa nyanyian suci yang dinyanyikan pada saat upacara
dilakukan. Jumlah mantranya terdiri atas 1.875. Yang menyanyikan lagu pujaan
ini disebu Udgatr.
c) Yajur Veda, terdiri dan 1.975
mantra, berbentuk prosa yang isinya berupa rafal dan doa pengucapannya adalah
pemimpin upacara bernama Adhvaryu pada saat pelaksanaan upacara korban. Fungsi
rafal adalah bukan memuja para Dewa melainkan mengubah upacara korban yang
dipersembahkan menjadi makanan yang dapat diterima oleh para Dewa dengan
pengucapan berulang-ulang disertai dengan menyebutkan nama manifestasi Dewa
yang hendak dihadirkan.
d) Atharva Veda, terdiri dan 5.987
mantra berbentuk prosa yang isinya berupa mantra-mantra yang kebanyakan
bersifat magis, yang memberikan tuntunan hidup sehari-hari berhubungan dengan
keduniawian seperti tampak dalam sihir, tenung, pedukunan. Isi sihir-sihir
dimaksud bertujuan untuk menyembuhkan orang-orang sakit, mengusir roh-roh
jahat, mencelakakan musuh dan lain sebagainya.
Disamping itu pada zaman ini orang-orang Hindu sangat meyakini adanya
Dewa-Dewa sebagai manifestasi dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa antara lain :
a.
Dewa Agni
Pemujaan yang dilakukan terhadap Dewa Agni banyak dijumpai dalam Veda
terutama dalam Reg Veda, dimana penampilan dengan mempersonifikasi yang selalu
dihubungkan dengan upacara api. Wujud Dewa Agni digambarkan seperti menyambut nyala
api, berjenggot, berdagu tajam, bergigi emas, dan kepalanya selalu memancarkan
sinar. Sinar Dewa Agni seperti Sinar matahari pagi, beliau disebut sebagai
putra Dewa Dyanus, yaitu Dewa Langit, oleh sebab itu Dewa Agni sering disebut
putra Dewa Langit dan Dewa Bumi.
b.
Dewa Indra
Mengenai keberadaan Dewa Indra banyak dijumpai pada kitab suci Veda, ada
250 mantra yang mengagungkan Dewa Indra. Kata Indra berasal dan kata md dan Dari
yang artinya memberi makan. Indra pada mulanya adalah Dewa Hujan yang mengalahkan
raksasa Vrtra, senjatanya adalah Bajra (petir). Indra lebih dikenal dengan Dewa
Perang yang mengalahkan tiga benteng musuh, karena itu disebut Tn Puramdhara
(Tn Puramtaka). Dan kenyataan inilah bagi orang Arya yang datang ke India
keberadaan Dewa Indra sangat dihormati, karena bagi mereka dianggap
memberkatinya waktu menjajab penduduk ash India yaitu Bangsa Dravida.
c.
Dewa Rudra
Pada zaman ini Dewa Rudra diidentikkan dengan Dewa Siva (Siva Rudra). Ia
digambarkan sebagai laki-laki bertubuh besar, perutnya berwarna biru dan
punggungnya berwarna merah. Kepalanya berwarna biru kulitnya berwarna coklat
kemerahan. Rambutnya panjang terurai, seluruh tubuhnya memancarkan cahaya
keemasan, tangannya memegang busur dan panah yang bercahaya. Karakternya nampak
angker dan menakutkan namun hatinya lembut dan maha pengasih.
d.
Dewa Waruna
Dewa Waruna disebut juga Baruna, selalu dihubungkan dengan laut. Kata
Waruna berasal dan akar kata Var (menutup dan membentang) yang berarti
melindungi dan segala penjuru. Dan kata inilah lalu dihubungkan dengan laut.
Dewa Waruna mengamati semua mahluk dari tempatnya yang tinggi, dimana matahari
diyakini sebagai istananya. Ta digambarkan sebagai laki-laki tampan berkulit
putih mengendarai monster laut yang bemama Makara (Gajahmina) berupa binatang
laut yang pada bagian depannya berwujud seekor kijang, sedangkan bagian
belakangnya berwujud seekor ikan. Istri Dewa Waruna adalah Waruni yang tinggal
diistana Mutiara. Dewa Waruna adalah Dewa yang menguasai hukum alam yang
disebut Rta.
Bertolak dari kenyataan inilah bahwa kehidupan orang-orang pada zaman Veda
sangat menghormati Veda sebagai Wahyu Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang sampai
kepada umat melalui jasa orang-orang suci atau para Rsi. Para Rsi mengajarkan
Veda tidaklah kaku tetapi sangat luwes pleksibel artinya cara dan bahasa apapun
yang digunakan agar bisa diterima oleh umat secara luas. Disamping itujuga
diajarkan bagaimana umat menghomati Dewa-Dewa sebagai manifetasi dan Ida Sang
Hyang Widhi Wasa.
b.
Perkembangan Agama Hindu di India
pada zaman Brahmana
Jaman ini merupakan awal munculnya kitab Brahmana yang merupakan bagian dan
Veda Sruti yang disebut Karma Kanda. Kitab ini memuat himpunan doa-doa serta
penjelasan upacara korban dan kewajiban keagamaan. Oleh karena itu keberadaan
umat Hindu pada jaman Brahmana ini didomininasi oleh pelaksanaan upacara
keagamaan dalam bentuk upacara korban.
Unsur-unsur upacara yang ada dalam kitab Veda dikembangkan secara luas
dalam kitab Brahmana. Kalau dibandingkan dengan zaman Veda umat memohon berkah
pada para Dewata melalui upacara korban, tetapi pada zaman Brahmana kedudukan
para Dewa dengan kaum Brahmana adalah sejajar, Karena keduanya diangap sebagai
penentu keberhasilan upacana korban.
Perkembangan Agama Hindu pada Jaman Brahmana mi merupakan peralihan dan
zaman Veda ke zaman Brahmana. Kehidupan orang-orang pada zaman mi betul betul
berpusat pada keaktifan rohani terutama dalam bentuk upacara korban.
Secara lengkap ciri-ciri zaman Brahmana sebagai berikut :
a)
Upacara korban/Yadnya mendominir
kegiatan umat Hindu.
b)
Para Brahmana menjadi golongan
yang paling berkuasa.
c) Munculnya perkembangan
kelompok-kelompok masyarakat yang sangat tajam dengan berjenis-jenis pasraman.
d)
Dewa-Dewa menjadi berkembang
fungsinya.
e)
Munculnya bermacam-macam kitab
Sutra atau kitab penuntun pelaksanaan upacara korban.
c.
Perkembangan Agama Hindu di India
pada zaman Upanisad
Zaman Upanisad ini merupakan reaksi terhadap yang terjadi pada zaman
Brahmana. Dimana sejalan dengan berjalannya waktu, Agama Hindu terus berkembang
yang meskipun pada akhirnya umat terpecah mengikuti aliran yang berbeda, yang
secara keseluruhan disebut aliran Nawa Darsana, yaitu enam aliran tergabung
dalam kelompok Astika (kelompok yang masih menerima Veda sebagai kitab suci
Agama Hindu) dan tiga aliran tergabung dalam kelompok Nastika (kelompok yang
menolak Veda sebagai kitab suci Agama Hindu). Aliran Nastika inilah secara
otomatis keluar dan Agama Hindu sedangkan Aliran Astika tetap mengikuti Agama
Hindu dan kembali pada Veda sebagai sumber segalanya bagi umat Hindu secara
keseluruhan.
a)
Kelompok yang tergolong Astika
yang disebut Sad Darsana
·
Nyaya
·
Vaisesika
·
Mimamsa V
·
Samkhya
·
Yoga
·
Vedanta
b)
Kelompok yang tergolong Nastika
meliputi :
·
Buddha
·
Carvaka
·
Jaina
Selanjutnya
yang tergabung dalam kelompok Astika ini terus mengadakan pendalaman ajaran
Agama Hindu terutama filosofisnya. Artinya menolak kondisi yang terjadi seperti
pada zaman Brahmana. Malah yang ditekankan pada zaman ini adalah menyeimbangkan
antara filsafat, etika dan ritual. Dalam zaman Upanisad ini umat Hindu yang
dimotori oleh Kaum Ksatria terus mengadakan diskusi-diskusi yang menimbulkan
berkembangnya filsafat Hindu yang lebih menekankan pada aspek Jnana.
Dalam diskusi
itu para siswa duduk di bawah dekat kaki guru kerohanian atau para Rsi dan
mengajukan pertanyaan kepada guru kerohanian itu. Para guru atau para Rsi akan
memberikan jawaban dengan tetap berpedoman pada Kitab Suci Veda, maka dengan
demikian kebenaran yang didapat oleh para siswa kerohanian itu tidak perlu
diragukan. Cara diskusi ini disebut dengan nama Upanisad.
Sebagai hasil
dan kegiatan Upanisad ini dibukukan dalam kitab Upanisad. Kitab Upanisad
merupakan bagian dan Jnana Kanda dan kitab Veda Sruti yang isinya bersifat
ilmiah, spekulatif, tetapi tetap dalam ruang lingkup keagamaan. Pada umumnya
kitab-kitab Upanisad berisi tentang hakekat Brahman, Atman, Hubungan antara
Brahman dan Atman, Hakekat Maya, Hakekat Vidya dan Avidya, serta mengenai moksa
atau kelepasan. Pandangan yang menonjol dalam ajaran Upanisad adalah suatu
ajaran yang bersifat Monistis dan Absolutistis, dalam artian ajaran yang
mengajarkan bahwa segala sesuatu yang bermacam-macam ini dialirkan dan satu azas,
satu realitas tertinggi yang tidak dapat dilihat, tidak dapat dibagi-bagi,
tidak dapat ditangkap oleh akal manusia, tetapi melingkupi segala yang ada di
alam semesta ini, itulah yang disebut dengan Brahman (Ida Sang Hyang Widhi
Wasa).
Brahman
memiliki sifat Sat Cit Ananda yang artinya keberadaan, kesadaran, dan
kebahagiaan. Dan ungkapan ini menunjukkan bahwa Brahman adalah satu-satunya
realitas yang bersifat mutlak, yang meliputi segala yang ada, yang sadar, dan
yang bersifat rohani sehingga dengan demikian Brahman dipandang sebagai sumber
alam semesta, sumber semua mahluk, dan penguasa segala yang ada.
Mengenai
keberadaan Atman pada Zaman Upanisad disebutkan bahwa Atman meliputi segala
sesuatu dan ia berada dalam lubuk hati manusia. Atman yang ada dalam tubuh
manusia itu dilapisi oleh lima lapisan yang disebut dengan Panca Maya Kosa,
yaitu Anamaya Kosa (lapisan Prana/energi), Manomaya Kosa (lapisan alam rasa dan
pikiran), Wijnanamaya Kosa (lapisan kesadaran) dan Anandamaya Kosa (lapisan
kesadaran yang membahagiakan). Semua lapisan itu dapat berubah-ubah, sedangkan
Atman adalah subjek yang tetap ada diantara semua yang berubah-ubah itu,
artinya Atman terbebas dan semua keadaan, karena Atman sesungguhnya adalah Ida
Sang Hyang Widhi Wasa.
Mengenai ajaran
Karma pada zaman Upanisad dinyatakan sebagai suatu perbuatan yang selalu
diikuti oleh pahala atau akibatnya. Sehingga siapa saja yang berbuat baik atau
buruk pasti akan menerima hasil baik atau buruk. Jadi semua tergantung pada
prilaku umat itu sendini.
Ajaran tentang
Punarbhawa (kelahiran kembali) pada zaman Brahmana dianggap sebagai karunia Ida
Sang Hyang Widhi Wasa. Pada zaman Upanisad timbul sebuah pertanyaan kenapa
kehidupan seseorang berbeda satu sama lain, baik dan unsur fisiknya atau
keadaan sosial ekonominya ? Jawaban ini semua adalah tergantung pada karma
setiap orang dan rantai kehidupan yang amat panjang.
Bila seseorang
meninggal dunia badan halusnya terpisah dengan badan kasarnya, semua karma
wasana dan perbuatannya melekat pada badan halusnya. Badan halus hidup bersama
Atman yang kemudian menjelma mengambil badan yang baru. Proses Punarbhawa ini
amat sulit diketahui oleh orang biasa, kecuali oleh para Maharsi, karena semua
itu kehendak dari sang pencipta yaitu Brahman itu sendiri.
Tujuan hidup
tertinggi bagi manusia adalah untuk mencapai Moksa atau kelepasan, yaitu
bersatunya Atman dengan Brahman. Pada jaman Upanisad jalan untuk mencapai Moksa
adalah melalui perbuatan baik, Bhakti, Tapa, Brata dan Yoga.
Demikianlah
uraian mengenai Zaman Veda, Zaman Brahmana dan Zaman Upanisad. Pada hakekatnya
satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan karena
semua menjadi pondasi dan sejarah Agama Hindu.
d.
Perkembangan agama Hindu pada
masa Purana
Zaman purana menandai terjadinya evolusi Hindu di India, yaitu munculnya
berbagai macam mazhab atau sekte. Meskipun demikian agama Purana mewarisi
konsep-konsep keagamaan dari zaman Brahmana. Keduanya sama-sama menekankan
praktik agama yang penuh dengan upacara. Agama Brahmana dan agama Purana
mementingkan upacara yajna sebagai jalan untuk mencapai moksa. Hal ini
diuraikan secara teliti dan mendalam dalam kitab Mimamsasutra. Ajaran yang
mengajarkan pentingnya kedudukan yajna (Karma kandha) dalam agama Hindu ini
dikembangkan dan diajarkan oleh para rshi pada zaman ini. Dengan
pelopor-pelopornya antara lain, Rshi Prabhakaran, Rshi Kumarila Batta, dan
masih banyak lagi. Ajaran ini rupanya mendapat sambutan yang luas di kalangan
umat Hindu. Agama Hindu yang berdasarkan yajna, sebagaimana muncul sejak zaman Weda,
Brahmana, dan Purana ini umumnya disebut Hindu ortodoks atau agama
Brahmana-Smarta. Ajaran inilah yang menjadi agama rakyat India hingga akhir zaman
Purana (sekitar 700 Masehi).
Akhir zaman Purana ditandai dengan terjadinya kekacauan di antara umat Hindu,
akibat pertentangan yang hebat antara satu mazhab dengan mazhab yang lainnya.
Setiap mazhab membenarkan prinsip-prinsip kepercayaan dan ajaran dari mazhab
mereka sendiri dan menyalahkan kebenaran dari mazhab yang lain. Hal-hal yang
dipertentangkan terutama mengenai ajaran Ahimsa. Di samping itu, juga mengenai
upacara yajna, kurban binatang, vegetarian dan non-vegetarian, dan hal-hal
prinsip lainnya. Pertentangan itu semakin memanas dan memuncak pada akhir zaman
Purana. Selain itu, pertentangan antara pemeluk agama Hindu dan agama Buddha
juga terus berlangsung.
Komentar
Posting Komentar