PERANG SALIB
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Perang
Salib merupakan perang untuk memperebutkan Yerussalem. Perang ini kemudian
meluas menjadi konflik antar agama paling dahsyat sepanjang sejarah. Dimulai
sejak kaum Kristiani yang direstui Paus atas nama agama Kristen berusaha
merebut kembali wilayah Yerussalem dan “Tanah Suci” dari kekuasaan Islam.
Perang ini berlangsung selam beberapa periode dari abad ke-9 hingga abad ke-16
Masehi. Perang Salib pertama dilancarkan pada tahun 1095 oleh Paus Urban II dan
berakhir pada tahun 1291.
Perang
ini mencuatkan nama Salahudin Al-Ayyubi dan Richard “The Lion Hearth” sebagai pahlawan di kedua belah pihak. Perang ini
sedikit banyak memberikan pengaruh dalam mengantarkan Eropa menuju zaman
Renaisans. Hingga saat ini, istilah Perang Salib masih dipakai unuk menunjukkan
konflik antar agama yang berlangsung hingga saat ini (Iqbal, 2010:69).
Perang
Salib, suatu peperangan yang dilancarkan oleh orang-orang Kristen Barat
terhadap kaum Muslimin di Asia Barat dan Mesir, yang dimulai pada akhir abad
ke-11 sampai akhir abad ke-13. Peperangan ini dilatarbelakangi beberapa faktor.
Philip K. Hitti berpendapat bahwa latar belakang terjadinya Perang Salib karena
reaksi dunia Kristen di Eropa terhadap dunia Islam di Asia, yang sejak 632
melakukan ekspansi, bukan saja ke Syiriah dan Asia kecil; tetapi juga Spanyol
dan Sicilia. Faktor lain adalah keinginan mengembara dan bakat kemiliteran suku
Teutonia yang telah mengubah peta Eropa sejak mereka memesuki lembaran sejarah
penghancuran gereja. Holy Sepulchere adalah sebuah gereja yang didirikan di
atas makam Yesus dikubur, pembangunannya dilakukan oleh Khalifah Tathimiyah
al-Hakim pada tahun 1009, sedangkan gereja merupakan tujuan dari beribu-ribu
jemaah Eropa. Perlakuan tidak wajar terhadap jemaah Kristen yang akan ke
Palestina melalui Asia kecil oleh penguasa Saljuk. Faktor lain, tahun 1095
terulang permintaan bantuan kepada Pope Urban II, oleh kaisar Bizantium,
Alexius Commenus yang daerah-daerahnya di Asia sampai ke pantai Marmora telah
ditaklukkan oleh bangsa Saljuk. Bahkan Konstatinopel ikut terancam. Dengan
permintaan ini, Paus melihat kemungkinan untuk mempersatukan kembali gereja
Yunani dan Romawi yang terpecah, sekitar tahun 1009-1054.
Tanggal
26 November 1095 di Clermont (Prancis Tenggara), Paus Urbanus II menyampaikan
pidato yang berapi-api untuk membakar semangat kaum Kristen, dihadiri 225
pendeta besar serta para tokoh masyarakat di Eropa Barat. Dalam pidatonya, Paus
“menyerukan kepada seluruh kaum Kristen agar ikut serta dalam perang suci untuk
merebut kuburan suci dari tangan Muslim, serta menaklukkan mereka, karena Tuhan
menghendaki demikian,” katanya. Selanjutnya Paus menegaskan bahwa orang-orang
yang berperang, harta dan keluarganya akan dilindungi oleh geraja. Bagaimanapun
besarnya dosa pahlawan akan diampuni. Mati dalam peperangan atau akibat perang
adalah mati suci, masuk surga. Pada tahun 1097 berkumpul di Konstatinopel
sebanyak 150.000 orang, sebagian besar mereka berasal dari Prancis dan
Normandia. Mereka manggunakan simbol salib, karena perang tersebut disebut
Perang Salib. Selanjutnya pidato Paus ditutup dengan ucapan “deus vult” (Kehendak Tuhan). Teriakan deus vult menggema dan menimbulkan
ketularan psikologi di kalangan orang-orang Kristen Eropa. Maka beduyun-duyun
raja Kristen di Eropa untuk mendaftarkan diri, kemudian diikuti oleh rakyat
jelata, bahkan perampok, pembegal, dan penyamun, karena ingin membebaskan
dosanya dan masuk surga (Susmihara, 2013:306-307).
2.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah pada penelitian ini adalah:
- Bagaimanakah Eropa sebelum Perang Salib?
- Bagaimanakah terjadinya Perang Salib?
- Bagaimanakah akibat dari Perang Salib?
- Bagaimanakah Profil Shalahuddin Al-Ayubbi (Saladin)?
3.
Tujuan
Adapun tujuan
pada penelitian ini adalah:
- Untuk mengetahui Eropa sebelum Perang Salib.
- Untuk mengetahui terjadinya Perang Salib.
- Untuk mengetahui akibat dari Perang Salib.
- Untuk mengetahui Profil Shalahuddin Al-Ayubbi (Saladin).
4.
Manfaat
Adapun manfaat
dari penelitian ini adalah:
- Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan pengembangan wawasan keilmuan mengenai sejarah Perang Salib sebagai materi ajaran Sejarah Asia Barat Daya di Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas PGRI Palembang.
- Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadikan acuan atau rujukan untuk menganalisis sebagai materi ajaran Sejarah Lokal di Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas PGRI Palembang.
B. PEMBAHASAN
Menurut beberapa ahli
sejarah, Perang Salib berawal dari benih-benih permusuhan kaum Kristiani
terhadap umat Islam, setelah Dinasti Saljuk dapat merebut Baitul Maqdis pada
tahun 471 H. Kaum Kristiani merasa kesulitan dalam melakukan ziarah ke tanah
sucinya.
Hal ini ditunjukkan
dengan adanya rombongan peziarah di bawah pimpinan Mitaz pada tahun 1064 M yang
memimpin 7.000 peziarah bersenjata lengkap, lantaran termakan isi bahwa
penguasa Yerussalem (waktu itu Bani Saljuk) telah melakukan penganiayaan
terhadap para peziarah yang beragama Kristen. Hal inilah yang membuat para
peziarah menjadi cemas sehingga mereka wajib mempersenjatai diri ketika
berziarah.
Maka unuk memperoleh
kembali keleluasaannya, Paus Urbanus berseru kepada kaum Kristiani di Eropa
untuk melakukan perang sucu, yaitu memerangi kaum Muslimin di Palestina secara
berulang-ulang dengan tujuan membersihkan tanah suci mereka (Yerussalem).
Perang ini kemudian dikenal dengan Perang Salib (Iqbal, 2010:70).
Eropa
Sebelum Perang Salib
1.
Kondisi
Politik
Runtuhnya kekaisaran
Romawi tahun 476 oleh Jerman, yang kemudian dikuasai sampai abad ke-11
merupakan masa suram bagi Eropa, karena setelah itu terjadi degradasi politik,
ekonomi dan kebudayaan. Ekonomi memang pernah berjaya dan mengalami zaman
keemasan anatar abad ke-8 sampai abad ke-9. Akhir abad ke-9 bersamaan dengan
bergeraknya bala tentara Viking meninggalkan Eropa utara menuju Eropa barat dan
membakar kota-kota dan pusat-pusat peradaban yang mereka lalui. Bersamaan
dengan itu, masuk pula tentara Honggaria ke bagian tengah Eropa sampai wilayah
Jerman Timur, pasukan ini juga membakar dan merusak pusat-pusat peradaban
Eropa, yang mereka lalui hingga Eropa saat itu mengalami kekacauan politik yang
berkepanjangan.
Sementara itu, tentara
muslim mulai bergerak di bagian timur Eropa jauh sebelum kedua pasukan di atas
memporak-porandakan Eropa, yakni sekitar tahun 711 M. Tentara muslim berhasil
menurunkan Raja Roderick orang-orang Visigoth dan menghancurkan pusat
pemerintahannya di Spanyol. Kemudian di Italia terjadi pertikaian para pemimpin
Lombard yang memberi alasan bagi intervensi tentara muslim ke Italia. Tahun 841
dan 847 M pasukan Islam behasil menduduki dari bagian uatar Brindinsi di
Adriatik. Spanyol Islam mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Abdul Rahman
III tahun 912-961 M. Tahun 846 dan 849 M. Paus Johanes VIII (872-882) harus
membayar upeti pada tentara muslim untuk mendapat jaminan keamanan. Invasi atas
Spanyol dan Sisilia memberi arti bahwa sewaktu-waktu Isalm hadir di daerah kawasan
pinggiran kekuasaan Kristen Latin. Gerakan Perang Salib dianggap sebagai reaksi
yang besar terhadap kehadiaran Islam di Eropa. Tapi pusatnya justru di bagian
utara Prancis, yang jauh dari kontak langsung dengan Islam. Perjalanan
pulang-pergi orang-orang Prancis antara Prancis Spanyol, rupanya masih berbekas
kenangan kejayaan Charles Martel tahun 732 dan kampanye Charlemagne sewaktu
bertemu dengan pasukan muslim. Charlemagne telah menjalin hubungan dengan cara
diplomatik pada khalifah di Bagdad, juga dengan musuh khalifah tersebut
gubernur Dinasti Umayyah di Spanyol melalui saluran ini beberapa pengetahuan
tentang pusat dan kuatnya dunia Islam sampai ke telinga orang Eropa (Noor,
2014:247-248).
Ketika berada di
Cordoba mereka memperoleh informasi tentang Islam dan kondisi umat Kristen di
bawah pemerintahan muslim, dan hal ini telah menyebar ke mana-mana, sehingga
orang-orang utara bagian Prancis di Flanders dan Jerman begitu berapi-api
memusuhi kaum muslimin sebagai musuh besar orang Kristen Eropa. Perkembangan
selanjutnya terjadi praktek kunjungan ziarah ke Compostela dan tanah suci
Yerussalam, pada awalnya para peziarah ini tidak memakai senjata, karena memang
tidak boleh membawa senjata.
Peziarah membawa
senjata alasannya untuk membela diri kalau diserang perampok dari lperjalanan
ziarah, hingga orang-orang kafir tidak bisa menggangu peziarah Kristen. Alur
pikiran seperti ini akhirnya mengarah pada perang salib, sebelum benar-benar
terjadi Perang Salib antara 1095-1291 (Watt, 1995: 1-18).
Jadi kesimpulannya,
keadaan politik Eropa sebelum Perang Salib banyak didominasi ketakutan yang
tidak beralasan dari Eropa terhadap muslim, sampai pada proses penaklukan
kembali Spanyol dan Sicilia oleh orang Kristen Eropa.
2.
Kondisi
Ekonomi
Kondisi perekonomian Eropa
pada saat itu bisa kita lihat dari aktivitas perdagangan yang berlaku, dimana
masih didominasi ekonomi feodal, karena sebagian besar Laut Tengah masih
dikuasai angkatan laut muslim. Akibatnya Eropa Barat lebih melihat ke uatar
daripada ke Laut Tengah. Pemindahan barang dagangan yang menyeberangi Laut
Tengah dilakukan oleh orang-orang Italia yang segera diikuti oleh orang-orang
Genoa dan Pisa. Karena Genoa dan Pisa adalah pelabuhan yang baik bagi
barang-barang dari utara. Dalam sifatnya yang khas, kontak perdagangan antara
Eropa dan dunia Islam memperlihatkan kemiripan dengan perdagangan kolonial abad
ke-19 dan ke-20, dengan pengecualian bahwa yang pertama di atas adalah Eropa
yang berada sebagai kolonial.
Barang-barang yang
diperlukan waktu itu adalah industri tekstil yang memerlukan bahan mentah bagi
Eropa dan kayu serta besi untuk kapal bagi dunia muslim. Perekonomian dan
kemakmuran kawasan Eropa yang mulai meningkat pada abad ke-11 telah
mengakibatkan munculnya gerakan perang salib (Noor, 2014:249).
3.
Sosial
Budaya
Kondisi sosial budaya
Eropa ini tidak akan lepas dari pengaruh budaya-budaya Abad Pertengahan, untuk
itu coba lihat dari aspek:
a.
Aspek
Agama
Kekuasaan gereja yang
sangat berlebihan saat itu mendominasi segala aspek kehidupan Eropa, terutama sejak
terjadinya pertentangan antara Ortodok dengan Katholik kekuasaan Paus mulai
menjadi tidak terbatas pada hal-hal religi saja. Sebagai contoh ketika Kaisar
Henry IV mengunjungi Paus di Canossa, Paus tidak tidak memperkenalkannya masuk
kota, kecuali atas restu dari para uskup. Akhirnya Kaisar boleh masuk dengan
menyatakan taubat pada Paus dan Paus mengampuni segala doas-dosanya. Pada masa
Paus Inocent II (1198-1216), moral pra Uskup dan Paus mulai goyah mereka
menerapkan pajak yang sangat tinggi pada rakyat untuk kepentingan kantong
mereka sendiri. Konsekuensinya rakyat mulai hilang kepercayaannya pada gereja,
Paus dan para uskup.
b.
Ilmu
Pengetahuan
Perasaaan rendah diri,
yang menyertai orang eropa Barat ketika mereka berhadapan dengan peradaban
Islam, memiliki sejumlah segi. Teknologi Islam unggul dalam hal-hal tertentu
atas teknologi Eropa, dan terdapat kemewahan yang lebih banyak bagi kaum
muslimin yang kaya-raya. Diakui atau tidak memang Eropa saat itu masih jauh
tertinggal kemajuannya, khususnya ilmu pengetahuan dari orang-orang muslim. Hal
ini karena ilmuan yang ada di Eropa masih dipengaruhi oleh doktrin-doktrin
gereja yang sangat mengikat mereka saat itu. Karena segala penafsiran dari
pihak gereja, masalah ini kemudian merambat ke scal geografi, sejarah,
astronomi, metafisika dan lain-lain. Ilmuan dilarang mengemukakan teori-teori
yang bertentangan dengan dogma gereja, kalau tidak ilmuan ini akan dihukum
seperti yang terjadi pada Galileo.
Akibatnya, terjadi
pertentangan anatar ilmuan dan pihak gereja, ilmuan berani membantah teori yang
dikemukakan oleh gereja. Bagi ilmuan hal ini merupakan suatu kemajuan sedangkan
bagi gereja semua ini mereka pertahankan kebenarannya sudah berakhir. Setelah orang-orang Kristen berhasil
merebut Toledo tahun 1085, Sicilia tahun 1091 pada saat penaklukan kembali
Spanyol dari oarng-orang Muslim. Orang Eropa baru menyadari betapa banyak yang
harus mereka pelajari dari orang-orang Muslim, hal ini makin membuka mata orang
Eropa setelah terjadinya Perang Salib.
4.
Pertahanan
dan Militer
Sejak kaum Muslimin
memperluas wilayahnya ke daerah Lauh Tengah, sejak itu dimulai konfrontasi
anatar kaum Muslimin dan Nasrani. Bentrokan berlangsung di daerah Asia Kecil,
Spanyol dan Afrika Utara serta Pulau Cisilia dan Krit. Menjelang abad ke-9
Eropa Barat sibuk mempersiapkan pasukannya untuk merebut kembali Baitul Maqdis.
Fakta sejarah telah menunjukkan sejak revolusi Malazgirt terhadap Byzantium dan
Romawi Timur pada 1071, pihak Byzantium sudah meminta bantuan Uskup Agung di
Roma untuk menentang kaum Muslimin. Hal ini dapat dibuktikan dengan tindakan
Kaisar Michael pada 1079 meminta bantuan pada Paus Gregory VII (1085) untuk
mneyelamatkan Byzantium masalah pertikaian antara pihak gereja barat dan pihak
gereja timur.
Permintaan Michael ini
dikabulkan oleh Paus, dan ia berusaha untuk mempengaruhi para pembesar Eropa
untuk membantu Byzantium di wilayah timur dari serbuan Muslimin. Tapi usaha
Paus ini tidak ditanggapi oleh pemimpin Eropa, karena mereka sibuk mengurusi
pertikaian aliran sekulirisme Kristen, hingga akhirnya Byzantium dengan sangat
terpaksa mempertahankan diri sendiri dari serbua Muslimin.
Sementara pertikaian
anatar kaum feodal dan penguasa semakin menjadi, yang membuat rasa tak aman
bagi rakyat, sedangkan penjarahan dan perampokan serta pembunuhan semakin
merajalela yang merupakan pemandangan sehari-hari di tiap sudut kota dan desa.
Semua orang telah masuk dalam sebuah lingkaran ketakutan yang nyaris tanpa
batas menuju puncak situasi yang terburuk selama hidupnya.
Keadaan yang terus
memburuk yang diderita bangsa Eropa pada saat itu baik secara ekonomi, politik
akhirnya memicu antusiasme kaum proletar untuk menyambut seruan bergabung dalam
Perang Salib, sebelum terjadinya Perang Salib yang sebenarnya. Saat itu hanya
ada dua pilihan yang sulit yakni mati karena kelaparan dan ketakutan atau mati
karena membala dan memperjuangkan misi agama. Hal ini sebagai akibat dari
serbuan dua bangsa tadi di Eropa seperti telah dikemukakan di dalam bidang
politik di muka (Watt, 1995: 63-80. Lihat pada Al Kilany, 1993: 103-114, juga
Asyur, 1993: 23-38).
Perang
Salib
1.
Pengertian Perang Salib
Perang Salib adalah
gerakan segenap kaum Kristen di Eropa yang pergi memerangi kaum Muslimin di
Palestina secara berulang-ulang sejak abad ke-11 sampai abad ke-13 untuk
membersihkan tanah suci dari kekuasaan kaum Muslimin serta bermaksud mendirikan
gereja dan kerajaan Latin di Timur. Menurut Yahya Harun, dikatakan salib
karena:
Setiap
orang Eropa yang ikut bertempur dalam peperangan memakai tanda salib di dada
kanan. Sebagai tanda bukti kesucian cita-cita mereka dan ajakan peperangan di
Palestina (Harun, 1987:4).
2.
Sebab-sebab
Yang Menimbulkan Perang Salib
a. Protes
besar kaum Nasrani (eropa) terhadap wilayah Yerussalem yang merupakan kota suci
umat Kristen yang dikuasai oleh umat Islam. Padahal pada waktu itu masyarakat
Eropa banyak yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh
undang-undang gereja dan banyak berbuat dosa. Untuk mensucikan diri dan
bertobat dari dosa-dosa tersebut, manusia harus banyak berbuat kebajikan dan
berbakti. Salah satu yang utama adalah berziarah ke makam Nabi Isa di
Yerussalem.
b. Adanya
keinginan dari Paus Gregory VII untuk menguasai seluruh alam agar berada pada
kekuasaan Kaum Masehi (Kristiani). Maka rencana yang mesti dilaksanakan adalah
menganjurkan kaum gereja supaya bertempur di medan peperang an agar menyapu
habis seluruh umat Islam dari tanah suci Palestina serta menundukan
gereja-gereja di Timur.
c. Keinginan
dan cita-cita dari kaum Kristen di Eropa untuk mendirikan kerajaan Latin di
Timur.
Sedangkan sebab
langsung yang mendorong terjadinya peperangan ini adalah karena wilayah
Konstantinopel telah lama dikuasai oleh orang Islam, yaitu Bani Saljuk (Turki)
pada bernama Alexius meminta bantuan
kepada Paus Urbanus II untuk mengusir
Sani Saljuk dari Eropa bagian Timur. Pada 1095, Paus Urbanus II berpidato di Clermount, isi pidatonya yang utama
adalah membangkitkan semangat orang-orang Roma untuk menyerbu Konstantinopel
(Noor, 2014:254-255).
3.
Tiga
Hal Yang Memudahkan Terjadinya Perang Salib
a. Terpecah
belahnya Kerajaan Bani Saljuk dan hilangnya persatuan umat Islam.
b. Berdirinya
Kerajaan Venicia, Genoa dan berkuasanya bangsa Normandia di Selatan Italia, dan
di Kepulauan Sicilia, yang merupakan faktor amat penting bagi kekuatan kaum
salib, dan memudahkan mereka untuk menyeberangi Laut Tengah.
c. Berpengaruhnya
Paus terhadap raja-raja di Eropa Barat yang semua perkataannya di terima begitu
saja oleh masyarakat dan diamalkan oleh pemerintahan negeri (Noor, 2014:255).
4.
Perang Salib I-VII
a)
Perang
Salib I
Periode pertama Perang
Salib disebut sebagai periode penaklukan. Jalinan kerja sama antara Kaisar
Alexius I dan Paus Urbanus II, berhasil membangkitkan semangat umat Kristen.
Terlebih setelah pidato Paus Urbanus II yang intinya kewajiban untuk melakukan
Perang Salib begi umat Kristiani sehingga terbentuk kaum Salibin.
Haslinya adalah sebuah
ekspedisi militer teroganisir yang sanggup mengalahkan pasukan Islam, sehingga
tentara Salib berhasil menduduki Palestina (Yerussalem) pada tanggal 7 Juni
1099. Dengan kemenangan tersebut, tentara Salib mendirikan empat kerajaan
Kristen yaitu di tanah suci Baitul Maqdis, Enthiohie, Rana dan Tripolisyam,
sedangkan Nicola dekembalikan pada Kaisar Byzantium (Iqbal, 2010:70-71).
b)
Perang
Salib II
Melihat kekalahan umat
Islam muncul seorang tokoh Islam bernama Attabeg
Nuruddin Zanggi. Karena kebijaksanaannya pada 1144 M dapat merebut Edessa
dan berhasil menaklukkan kota Damaskus.
Tahun 1147 M terjadi huru-hura di Edessa dan pada 1148 M, Nuruddin berhasil
memadamkan setiap pemberontakan yang terjadi. Mendengar kemenangan Nuruddin
Zanggi kaum Salib menghidupkan peperangan dan sebelum sampai menyerang kota
Damaskus, kepala pasukan mereka Louis dan Canrad, kembali ke Eropa karena
terkejut dan takut melihta kekuatan Saifuddin dan Nuruddin (Noor, 2014:256).
c)
Perang
Salib III
Tahun 1189 sampai 1192
M, angkatan Salib III dipimpin oleh tiga raja besar, yaitu kaisar Frederik Barbarossa dari Jerman, Philips Agustus dari Prancis dan Richard Leon Heart dari Inggris. Pada
1189 M, kaisar Jerman bergerak lebih dahulu dengan menempuh jalan Magiyar
bahkan terus ke Asia Kecil, Armenian di Cicilia. Disana ia menyeberang sungai.
Saat menyerang ia hanyut dibawa air dan mati. Selanjutnya tentara dipimpin oleh
putranya, namun dalam perjalanan ia mangat juga.
Perang Salib III
merupakan peperangan yang menjadi epos dalam masyarakat Islam, maupun bagi kaum
Kristen. Dalam perang ini, menampilkan perseteruan dua ksatria: Saladin dan
Richard. Strategi militer, diplomasi dan kemampuan personal, menjadi bahan
kajian penting dalam memahami realitas politik dan psikologis dari Perang Salib
tresebut.
Sementara itu tentara
Salib memusatkan kekuatannya untuk mengepung pasukan Islam di Aka. Kota Aka
jatuh ke tangan tentara Salib karena mendapat bantuan dari Richard Leon dan
akhirnya Philip meninggalkan Syam pulang ke Prancis. Dalam pertempuran di
Arsuf, Richard menang melawan Salahuddin, kemudian diadakan perjanjian di Ramla
(1192) ang isinya Baitul Maqdis dikuasai oleh tentara Salib. Sesudah peristiwa
itu Richard kembali ke Inggris, tetapi di tengah perjalanan ia ditawan oleh
Leopold dan diserahkan kepada raja Henry VI, setelah membayar uang tebusan,
maka ia dilepaskan. Pada 1193 M, Salahuddin wafat, setelah berhasil merebut
kembali Baitul Maqdis. Penggantinya adalah Sultan Maliku’ Adil. Sejak itu
patahlah kekuatan kaum Salib (liha Reston, 2007).
d)
Perang
Salib IV (1204-1206)
Angkatan Perang Salib
IV terdiri dari anak-anak yang amat berpengaruh oleh ras agama, hendak mengadakan
perang Salib pula. Mereka ingin mengambil Baitul Maqdis kembali. Terutama
anak-anak di Jerman dan Prancis. Kepala perangnya telah dipilih. Anak-anak dari
Jerman dapat disuruh pulang oleh Paus. Tetapi anak-anak Prancis terus saja ke
Pelabuhan Marseille dengan tidak terlarang. Namun hal itu dapat diketahui oleh
saudagar-saudagar budak. Setelah dijanjikan bahwa mereka akan dibawa berlayar
ke Baitul Maqdis, mereka pun disuruh naik kapal, terus berlayar ke negeri yang
jauh, dijual bagai budak dan banyak yang dibeli dan diangkat anak dan dIslamkan
oleh orang-orang Islam.
Sedianya akan dinginlah
gerakan Perang Salib itu. Tetapi lantaran kerajaan yang didirikan salahuddin
itu telah pecah dan amat besar pertentangan di antara satu raja dengan raja
yang lain karena perebutan kekuasaan, timbul pula semangat bangsa Jerman dan
Magyar untuk menyusun kembali angkatan perang untuk merebut kembali Baitul
Maqdis (Noor, 2014:257-258).
e)
Perang
Salib V (1219 - 1212 M)
Peristiwa yang menjadi
perenggang angkatan Perang Salib V ini, adalah adanya perpecahan di kalangan
Kerajaan Ayyub setelah meninggalnya Salahuddin Yusuf bin Ayyub. Pemerintahan
Kerajaan Ayyub di Mesir waktu itu dipegang oleh Sultan Al Malikul Adil. Sedang
yang menjadi panglima Perang Salib V itu adalah Jean de Brunnas. Tentara Adil
berlabuh di Nablus, lalu dituruti oleh tentara salib. Melihat kekuatan tidak
seimbang, Al Adil mundur. Maka tentara salib pun mulailah mengganas dan
menyerang mereka sampai ke batas negeri Sudan. Adapun negeri-negeri Nablus, Bisan
dan lain-lain dibunihanguskan, harta benda dirampas, penduduk dibunuh. Sampai
juga mereka dan menduduki Dimyat, rupanya hendak merampas Kota Almanshurah yang
didirikan Sultan Al-Kamil.
Setelah tentara salib
bertahan di Dimyat, satu setengah tahun terus menyerbu Mansyuriah. Terjadi
peperangan dan pertempuran yang hebat di kota yang baru didirikan oleh Al-Kamil
itu. Tiba-tiba dengan amat nekat tentara Islam merusakkan satu pematang dari
tepi Sungai Nil. Padahal air ketika itu sedang naik. Maka mengalirlah air besar
penghambat tempat iru dari pantai Dimyat dan terputus kiriman makanan dan bala
bantuan. Maka sangatlah ketakutan kaum salib, sehingga datang minta bantuan dan
menyerah serta mengabulkan apa saja yang diminta oleh pihak Islam. Kaum salib
mneyerah, lalu daerah Dimyat diserahkan kembali dan perdamaian dibuat. Mereka
disuruh pulang kembali ke negerinya, harta bendanya ditinggal jadi kekayaan
kaum Muslimin. Dengan sekali meruntuhkan pematang sungai Nil saja, yang
dikerjakan dengan untung-untungan pula, terlepaslah Mesir dan Syam dari bahaya
mereka, dan adalah lamanya angkatan kelima ini di tanah Islam di antara Mesir
dan Syam 40 bulan 14 hari. Dengan demikian Mesir dan Syam selamat dari bahay
Perang Salib.
f)
Perang
Salib VI
Sudah lama Frederick II berjanji untuk melakukan
peperangan salib dengan Paus Innocent.
Ketika Frederick sudah siap untuk perang, ia dibenci gereja dan iapun
mengadakan kerja sama dengan raja Kamil. Raja Kamil menjaga kota Damiete dan
Kairo dengan syarat:
1) Raja
Kamil bersedia menyerahkan Baitul Maqdis kepada Frederick, asal hak kaum Muslimin di tanah suci tetap dipelihara.
Sebaliknya Frederick berjanji akan
menolong raja Kamil guna melawan musuh yang terdiri dari kaum Muslimin maupun
Kristen.
2) Frederick
berjanji, bahwa dia tidak akan menigirim bantuan kepada kaum Kristen yang ada
di Syam. Tetapi perjanjian ini diketahui rakyat maka kaum Muslimin dan Kristen
sama-sama mengingkarinya. Walaudemikian raja Kamil dan Frederick mufakat
menerima syarat itu, dan Frederick mengangkat diri sebagai raja dan ia diserang
kaum Kristen terpaksa kembali ke Eropa dan ia minta ampun dari hokum gereja dan
Baitul Maqdis tetap di bawah kekuasaan Kristen hngga direbut oleh Raja Shalahuddin Al Ayyubi 1244.
g)
Perang
Salib VII
Sebelum Touran Syah
memperbaiki politik dalam negeri dilakukan pertama kali adalah mengatur
kekuatan persenjataan. Jadi semua perahu terpindah ke Damiate dengan unta.
Damiate sudah ditaklukan St. Louis IX karena tentara Louis.
Terus diadakan
pengejaran sampai kaum salib habis akal dan banyak kaum Louis yang mati
terbunuh. Sesudah Touran Syah berkuasa, ia dibunuh oleh pasukan Bani Seljuk
(Mamluk) karena terlalu keras mengendalikan pemerintahan. Kaum salib dulunya
lemah dank arena pimpinan Seljuk (Mamluk) mereka jadi kuat.
Sesudah tentara Ayyubi
berkuasa di Baitul Maqdis, kekuasaan salib nayris habis. Kerajaan Mongol
berdiri di Timur. Kaum salib eminta bantuan Mongol untuk menaklukkan kaum
Muslimin, tapi salah seorang kaum Bani Seljuk (Mamluk) muncul terlebih dahulu
dan terjadilah pertempuran Ai-Nur Jalut
(Syam). Tahun 1262 Sultan Baybars muncul guna membangkitkan masa Shalahuddin
dan seluruh kota dan benteng direbutnya. Sejak saat itu masa kaum salib di
seluruh benua Timur habis.
5.
Akibat Perang Salib Bagi Eropa
a) Bangsa
Barat (Eropa) mulai sadar terhadap kemajuan yang dicapai dunia Timur, terutama
dalam bidang ilmu pengetahuan, sehingga orang Barat berdatangan ke Timur untuk
belajar dan menggali ilmu tersebut. Kemudian mereka sebarluaskan ke eropa,
sehingga di sana perkembangan ilmu pengetahuan menjadi pesat setelah jangka
waktu yang tidak
b) dap
berita-berita pembukaan negeri baru yang dibawa oleh kaum salib ke Eropa seketerlalu
lama.
c) Manusia
mulai kritis terhambalinya mereka dari peperangan di Timur. Sebagai bukti
keinsyafan mereka ituialah, berita perjalanan Marcopolo dalam langkah awal bagi
perjalanan Colombus ke Amerika pada 1492 M.
d) Raja-raja
di Eropa mulai insyaf tentang manfaat persatuan demi mencapai cita-cita luhur
bagi negaranya dan untuk memperkuat kekuasaan Paus dikemudian hari.
e) Bangsa
Barat dapat mengenal kebudayaan Yunani Kuno yang telah disederhanakan dan
diterjemahkan oleh sarjana-sarjana Islam, sehingga mereka mendirikan madrasah
untuk mempelajari bahasa Timur (bahasa Arab) di Paris abad ke-11.
f) Bangsa
Eropa dapat menemukan jalan ke Timur dan menambah ramainya kota dagang Genoa dan Venesia. Hal itu
menjadikan majunya bangsa Barat dalam bidang ekonomi dan semakin banyak pula
berdiri kota-kota di Eropa. Terutama yang menjadi pusat perniagaan dan semakin
kuat kedudukan raja-raja disana, sehingga menjadi sebab bertambah meluasnya
system pembagian tanah.
g) Timbulnya
nafsu besar bagi bangsa Eropa untuk mendapatkan kekayan dari negeri Timur.
Semua itu membuat mereka memainkan peranan dalam perniagaan internasional.
h) Kontak
perdagangan anatar Timur dan Barat semakin ramai dan pesat. Demikianlah bangsa
Eropa yang ikut berperang setelah kembali berusahamengembangkan pengetahuannya
yang didapatnya dari Timur di negerinya sendiri. Akhirnya timbullah aliran baru
di Eropa sebagai respon atas apa yang diperolehnya di Timur. Contohnya adalah
timbulnya aliran Renaissance dan Humanisme (Harun, 1987:1-30)
Akibat
Perang Salib
Perang Salib yang
terjadi pada abad ke-11 sampai abad ke-13 sangat besar pengaruhnya bagi dunia
Barat. Pengaruhnya terjadi dalam lapangan seni, pertanian, industry,
perdagangan, ilmu pengetahuan dan kesusasteraan, antara lain ialah:
1. Bertambahnya
Kerajaan Byzantium, yaitu sebagian besar dari Asia kecil yang telah ditaklukkan
kaum Salib dan diserahkan kembali kepada Kerajaan Byzantium, sehingga sanggup
menahan dan menghalang penyerangan Bani Seljuk (Mamluk) ke Eropa.
Semakin banyak berdiri kota-kota di
Eropa, terutama kota-kota yang menjadi pusat perniagaan dan semakin kuat
kedudukan raja-raja di sana sehingga menjadi sebab bertambah meluasnya sistem
pembagian tanah serta perselisihan yang sering terjadi di antara mereka kini
berkurang. Di antara kota-kota yang termasuk pada waktu itu adalah Italia yang
berfungsi sebagai penghubung antara Timur dan Barat, di mana dari kota ini
barang-barang dan hasil bumi dari dari Timur bisa dikirim keseluruh Eropa.
Seperti pohon rumput sesan, pohon korob (sebangsa sukun), sekoi, padi,
semangka, obrikos atau yang biasa dikenal dengan prem dari Damaskus. Pada abad
ke-12 orang-orang Barat mulai banyak berjumpa dengan makanan-makanan baru,
minyak wangi, rempah-rempah dan lain-lain, seperti; kemenyan dan getah Arab
yang harum, bunga mawar Damaskus, rempah-rempah dari Parsi menjadi kesukaan
orang-orang Barat. Tawas dan gaharu serta cengkeh, juga lada diimpor dari Timur
untuk bumbu masakan mereka. Sejak saat itu sesuatu pesta belum terasa sempurna,
kalau tidak ada hidangan-hidangan yang berbumbu. Di Mesir mereka mulai
membiasakan memakan jahe. Yang terpenting dari semua itu adalah gula. Mereka
yang dulunyamemaniskan makanan dengan madu, setelah mengadakan hubungan dengan
dunia Timur, mereka mulai mengenal gula sebagai pemanis makanan mereka. Hal
ittu bermula ketika tenatar salib yang berasal dari Prancis melihat anak-anak
mengisap air tebu di pantai Syria, maka sejak saat itu mereka mengenal tanaman
tebu sebagai bahan pembuat gula. Gula inilah barang luks yang pertama kali
didatangkan ke dunia Barat, disaring dari air mawar, bunga lembayung atau bunga
lainnya serta segala manisan-manisan dan gula-gula.
2. Banga
Barat mulai sadar akan kemajuan yang dicapai dunia Timur dalam bidang ilmu
pengetahuan. Kemajuan peradaban Islam mulai abad ke-7 hingga abad ke-14 belum
pernah tertandingi oleh kemajuan peradaban bangsa manapun. Ilmu pengetahuan
yang disumbangkan kepada Eropa merupakan ilmu pengetahuan warisan kebudayaan
Parsi Tua dan kebudayaan Yunani Kuno dengan memasukkan unsure-unsur kebudayaan
baru yang bernafaskan Islam. Kebesaran minat dan semangat umat Islam dalam
mengembangkan kebudayaan tersebut, menurut Philip
K. Hitty:…”Yang dicipta oleh bangsa Arab bukan hanya suatu kerajaan, tetapi
juga suatu kebudayaan. Mereka adalah ahli waris kebudayaan lama yang berkembang
di tepi Sungai eufrat dan Tigris, di Lembah Sungai Nil dan di pesisir Laut
Tengah. Kemudian cirri dan watak kebudayaan Yunani juga dipelajarinya dan
dikembangkannya. Oleh karena itu, merekalah sebenarnya yang menyebarkan
pengaruh kebudayaan ini ke Benua Eropa pada Abad Pertengahan, sehingga Eropa
menjadi bangun dari tidurnya yang panjang, lalu timbul Renaissance yang
terkenal istilahnya hingga kini.” Maka orang-orang Barat berdatangan ke Timur
untuk belajar menggali ilmu tersebut, untuk diekmbangkan sedemikian rupa,
sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama Eropamenjadi pusat ilmu
pengetahuan dan dikagumi di seluruh dunia. Banyak karya tulis pengarang Islam
seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd,
al-Kindi, alRazi, al-Ghazali yang diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa
hamper dari semua cabang ilmu pengetahua, seperti ilmu kedokteran, astronomi,
ilmu pasti, seni, kesusasteraan, filsafat dan sejarah. Jasa dan sumbangan
inilah yang menjadi dasar utama bagi munculnya Renaissance,sehingga Eropa
bangun dari masa kegelapan ke masa pencerahan dengan berbagi cabang ilmu
pengetahuan.
3. Dalam
permulaan Abad Pertengahan tak ada barang siapapun yang lebih besar
sumbangannya terhadap proses kemajuanmanusia kecuali bangsa Arab.
Mahasiswa-mahasiswa Arab pada waktu itu sudah banyak yang mempelajari
konsep-konsep filsafatnya Aristoteles
tatkala Karel Agung dan para pembesarnya masih asyik belajar melukis (menulis,
mengeja) namanya. Pada periode Cordova, sebuah kota yang mempunyai 17
perpustakaan dan satu di antaranya memiliki lebih dari 400.000 jilid buku. Para
sarjana pada waktu itu gemar sekali mandi di pemandian yang indah-indah, sedang
pada waktu yang bersamaan, orang-orang di perguruan Oxford menganggap bahwa
mandi seperti itu merupakan perbuatan yang terkutuk dan berbahaya. Maka setelah
Perang Salib barulah orang-orang Eropa gemar mandi. Mereka juga banyak
mengimpor kain tenun drai dunia Timur seperti Mossselin, damast dan satin.
Semua itu membuat mereka memainkan peranan penting dalam perniagaan
internasional.
4. Manusia
mulai kritis terhadap berita-berita pembukaan negeri baru yang dibawa oleh kaum
salib ke Eropa, sekembalinya mereka dari peperangan di dunia Timur. Sebagai
bukti keinsafan mereka itu adalah berita perjalanan Marcopolo dalam mencari dunia baru, yaitu Benua Amerika di abad
ke-13 sebagai langkah awal dari perjalanan Colombus ke Benua Amerika pada 1492
M. raja-raja di eropa mulai insyaf dan tahu tentang manfaat persatuan demi
mencapai cita-cita luhur bagi negaranya, untuk memperkuat kekuasaan Paus di
kemudian hari.
5. Kontak
perdagangan antara dunia Timur dengan dunia Barat semakin pesat, di mana Mesir
dan Syriasangat besar artinya sebagai lintas perdagangan; kekayaan kerajaan dan
rakyat kian melimpah-ruah. Keadaan seperti ini kian tahun kian bertambah pesat,
sehingga membuka jalan perdagangan sampai ke Tanjung Pengharapan dan lama
kelamaan perdagangan dan kemajuan dunia Timur berpindah ke Barat (Eropa).
Ucapan itu sebenarnya menurut Yahya
Harun muncul dari rasa superior Barat yang menganggap lemah dan hina terhadap
dunia Timur. Padahal dalam perjalanan sejarah yang sebenarnya, antara keduanya
selalu bertemu dan terjadi kontak, baik melalui peperangan juga perdamaian.
Salah satunya terjadi pada Abad Pertengahan dengan berkecamuknya Perang Salib.
Berdasarkan uraian di
atas, bahwa akibat (hasil) dari terjadinya Perang Salib tersebut sangat besar
artinya bagi kemajuan dunia Barat (Eropa) sejak saat itu hingga sekarang. Dalam
hal ini, sangat besar peranan dan jasa umat Islam (dunia Timur) dalam
memberikan sumbangan andil yang besar terhadap munculna Renaissance di Eropa. Hukum
sejarah menjelaskan, bahwa persinggungan antarperadaban akan memunculkan
peradaban baru, yang lebih hebat dan maju dari peradaban salinya. Kemajuan yang
telah dicapai Barat, akibat interaksi dengan dunia Timur. Kebetulan, Barat
dapat mengolah berbagai penemuan, berkat ilmu pengetahuan, kegigihan,
kecerdasan dan pendanaan. Oleh sebab itu, bagi dunia Timur, khusunya dunia
Islam, harus memaknai kemajuan Barat adalah karena mereka mampu menjemput masa
depan. Sebaliknya, dunia Islam jangan terbelenggu kejayaan masa silam yang
telah berlalu. Catatan sejarah bukan untuk dikagumi ataupun diratapi. Catatan
sejarah harus memberi inspirasi, motivasi dan aksi, agar kebermaknaan sejarah
menjadi gerak perubahan dan pembaharuan bagi kemajuan masa depan (Noor,
2014:262-266).
Shalahuddin
Al Ayyubi (Saladin)
Shalahuddin
Al Ayyubi pada awalnya adalah sebagai wazir dari khalifah Al
Fathimy, wakil dari Sultan Nuruddin Mahmud, bercita-cita hendak mendirikan
kerajaan yang merdeka. Ia berusaha untuk menimbulkan kecintaan rakyat Mesir
kepada dirinya, yaitu cinta yang berasaskan kejujuran dan keikhlasan. Shalahuddin Al Ayyubi merupakan raja
pemenang, Sultan dan pelindung agama. Shalahuddin adalah seorang keturunan
Syria atau Kurdi. Posisinya sebagai perdana menteri, mendapat kewajiban
melenyapkan ajaran-ajaran sesat dan pernyataan Prang Salib kepada orang-orang
Prancis. Shalahuddin berusaha untuk merebut kekuasaan dari Sultan Nurrudin
Mahmud, melemahkan kekuasaan khalifah Fathimiyah. Shalahuddin menyerahkan
urusan kerajaan yang penting kepada pengikutnya. Kemudian berusaha mengusir
tentara Sudan yang berontak, kasih saying rakyat Mesir bertambah padanya,
setelah ia mengalahkan tentara Salib yang mengancam Mesir dan menjajah Dimyat
tahun 1169 M. kedudukannya bertambah kuat untuk menjatuhkan Khalifah Fathimiyah
(Noor, 2014:266).
Sultan
Nurudin wafat 1147 M, maka kekuasaan berpindah ke tangan Shalahuddin, berhasil mendirikan Dinasti Ayyubiah di Mesir 1175 M.
Sebelumnya, pada 1170 M mendirikan tiga buah madrasah di Kairo dan Iskandariah,
untuk tempat menyiarkan Mahzab ahlus-sunnah dan menghapus nama Khalifah
Fathimiyah, maka kekuasaan berada di tangan Shalahuddin. Agar terpelihara dan
bahaya pemberontakan keluarga Fathimiyah serta pengikutnya di dalam negeri dan
dari bahaya serangan tentara Salib dari luar, maka Shalahuddin berusaha mendirikan
benteng bukit (Qal’atul Djabal) di Bukit Mukattam untuk markas pemerintahan dan
balatentara. Pembagunan itu diserahkan pada seorang ahli bangunan yaitu
Bahauddin Karakusj. Ia melakukan pembangunan dengan mendirikan pagar keliling
Kota Futhath, Aigathai dan Kairo, juga pembuatan sebuah sumur besar (Birkatul
Halazun).
Shalahuddin
berusaha untuk mempererat hubungan dengan Al Malikus Shalih putra Sultan
Nuruddin, akan tetapi putra Sultan Nuruddin ini ingin menghancurkan
Shalahuddin, maka terjadilah peperangan antara kedua belah pihak, yang
dimenangkan oleh Shalahuddin hingga menduduki Kota Damaskus, dan ia diakui oleh
Khalifah Abbassiyah, Al Mustadhi Kahlifah Bani Abbas yang ke-33. Shalahuddin
juga menduduki Aleppo dan Mosol. Dengan demikian, Shalahuddin telah menjadi
seorang kepala Negara yang besar kekuasaannya dan pengaruhnya sampai ke jazirah
Arab, Asia Barat Daya. Oleh karena itu, tentara Salib terkepung oleh kekuatan
Shalahuddin yang bersatu dari utara, selatan dan timur.
Perselisihan
antara Shalahuddin dengan tentara Salib timbul karena kelancangan perbuatan
Reynold, penguasa benteng krak, yang menjajah pesisir Mekkah dan Madinah,
sehingga terjadi peperangan. Reynold ini juga melakukan perampokan pada
rombongan jemaah haji, melakukan penangkapan pada khalifah-khalifah kaum
Muslimin yang sedang dalam perjalanan ke Mekkah. Hal ini menyebabkan kemarahan
Shalahuddin dan berjanji akan membalas dendam dengan menyerang wilayah-wilayah
kerajaan Salib.
Pada
1178 M Shalahuddin beserta tentaranya menyerang tentara Salib, Reynold terbunuh. Kemenangan pada pihak
Shalahuddin dan tentaranya, maka Kota Uka (Acco), Napolis, Ramla, Beirut dapat
diduduki oleh tentara Shalahuddin. Kepada tentara Shalahuddin akan menyerahkan beberapa kota yang sudah ditaklukannya
kepada tentara Salib asal mereka mau menyerahkan Kota Baitul Maqdis kepada
tentara Shalahuddin, tapi tuntutan itu ditolak oleh tentara Salib, maka
dikepunglah kota itu selama delapan hari dan tentara terpaksa menyerah dan
Shalahuddin dapat menduduki kota itu, Shalahuddin membolehkan masing-masing
umat Kristen yang hendak meninggalkan kota itu hijrah dari sana, sesudah mereka
membayar uang tebusan.
Kemenangan
Sultan Shalahuddin sangat
menggoncangkan Benua eropa dan mengejutkan hati penduduknya. Beberapa orang
raja menyiapkan balatentara untuk angkatan Perang Salib yang baru, agar dapat
merebut kembali wilayah-wilayah mereka yang telah dirampas dan lepas dari
tangan mereka. Angkatan Perang Salib yang baru ini dipimpin oleh Raja Frederick Barbarossa, Philip II Raja Prancis dan Richard I Raja Inggris.
Raja
Frederick Barbarossa berangkat
membawa tentara melalui Asia kecil, di tengah jalan ketika menyebrangi sungai
raja ini mati terbenam dan tentaranya tercerai berai, hanya sebagian kecil saja
sampai ke Syam, Angkatan perang raja Philip
II dan Richard I sampai ke Uka (Acco) sesudah Richard menaklukan Pulau
Cyprus dalam perjalanannya ke Syria.
Kekuatan
tentara Salib ini melemah karena kesalahan untuk mempertahankan benteng Uka dan
tentara Salib mendorong Shalahuddin kepedalaman dan di antara Philif dan
Richard terjadi perselisihan. Philif pulang ke negerinya dan Richard menghadapi
kaum Muslimin. Pada tiap pertempuran Richard menunjukkan keberanian dan keperwiraannya
yang luar biasa sampai menakjubkan musuh-musuhnya, sehingga Richard ini diberi
gelar (Richard The leon Heart)
Richard hati singa. Pada pertempuaran di Arsuf mengalahkan tentara Shalahuddin
dan menduduki Jaffa. Akan tetapi dia tidak berhasil menaklukkan Baitul Maqdis.
Maka terjadi perundingan antara kedua belah pihak yang menghasilkan
perjanjianDamai di Ramla tahun 1192 m. dalam perjanjian itu dinyatakan bahwa
peperangan dihentikan tiga tahun lamanya dengan syarat-syarat:
1. Baitul
Maqdis tetap dibawah kekuasaan kaum Muslimin dari membolehkan kaum Kristen
berziarah ke sana.
2. Tentara
Salib melindungi pesisir Syria, Tyrus sampai ke Jaffa.
3. Kaum
Muslimin harus memulangkan harta kejayaan gereja kepada orang Kristen.
Tidak lama sesudah
perdamaian itu Sultan Shalahuddin
mangat dan digantikan oleh saudaranya Sultan Adil (Osman,1970. Lihat juga
Reston,2007).
C. PENUTUP
1.
Kesimpulan
Perang
Salib merupakan perang untuk memperebutkan Yerussalem. Perang ini kemudian
meluas menjadi konflik antar agama paling dahsyat sepanjang sejarah. Dimulai
sejak kaum Kristiani yang direstui Paus atas nama agama Kristen berusaha
merebut kembali wilayah Yerussalem dan “Tanah Suci” dari kekuasaan Islam.
Perang ini berlangsung selam beberapa periode dari abad ke-9 hingga abad ke-16
Masehi. Perang Salib pertama dilancarkan pada tahun 1095 oleh Paus Urban II dan
berakhir pada tahun 1291.
Perang
ini mencuatkan nama Salahudin Al-Ayyubi dan Richard “The Lion Hearth” sebagai pahlawan di kedua belah pihak. Perang ini
sedikit banyak memberikan pengaruh dalam mengantarkan Eropa menuju zaman
Renaisans. Hingga saat ini, istilah Perang Salib masih dipakai unuk menunjukkan
konflik antar agama yang berlangsung hingga saat ini.
2.
Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangannya, baik dari sisi penulisan, penyajian maupun dari
sisi bahan yang menjadi pembahasan. Untuk melengkapi kekurangan itu, maka bagi
para pembaca yang ingin lebih mendalami tentang sejarah
Perang Salib kami menyarankan untuk mencari sumber lain sebagai referensi tambahan.
D. REFERENSI
Iqbal Akhmad, 2010. Perang-Perang Paling Berpengaruh di Dunia. Yogyakarta. Jogja
Bangkit Publisher.
Noor Yusliani, 2014. Sejarah Timur Tengah (Asia Barat Daya). Yogyakarta. Penerbit Ombak.
Susmihara, 2013. Sejarah
Peradaban Islam. Yogyakarta. Penerbit Ombak.
Wirjosuparto Sutjipto, sedjarah Dunia. Jakarta. Dinas Penerbitan Balai Pustaka.
Komentar
Posting Komentar