Periodisasi/Pembabakan Sejarah Indonesia



Diskusi Mingguan
Jum'at, 02 Oktober 2015
Periodisasi/Pembabakan Sejarah Indonesia

Prasejarah atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman prasejarah dapat dikatakan bermula pada saat terbentuknya alam semesta, namun umumnya digunakan untuk mengacu kepada masa di mana terdapat kehidupan di muka Bumidimana manusia mulai hidup.
Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah. Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan adanya prasasti yang berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era sejarah.
Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi,geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti pra-sejarah hanya didapat dari barang-barang dan tulang-tulang di daerah penggalian situs sejarah.
Periodisasi
A.    Pembabakan Zaman Prasejarah berdasarkan Geologi
Berdasarkan geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan prasejarah yang terdiri dari :
1.      Arkaezoikum
Zaman ini berlangsung kira-kira 2500 juta tahun, pada saat itu kulit bumi masih panas, sehingga tidak ada kehidupan. Dapat diartikan sebagai masa tanpa kehidupan. Bumi masih dalam keadaan membara dan jarak bumi dan bulan masih sangat dekat, berbagai benda ruang angkasa seperti meteor atau meteirit ( berukuran kecil) dengan mudah jatuh ke bumi yang belum terlindung udara. Meskipun demikian semua benda tersebut diatas langsung terbakar, pada saat bumi yang masih dalam keadaan membara dengan suhu yang amat tinggi. Kejadian bumi dan pembentukan yang terjadi sekitar satu milyar tahun yang lalu dan beberapa ratus juta tahun kemudian bumi kerak bumi suhu semakin menyusut bagian bumi dalam keadaan cair diangkasa bumi badai magnetic menyelimuti bumi petir dan Guntur meteor dan meteorit membentur bumi suhu bumi makin menyusut bumi membeku penyusutan suhu gas mengembun uap air hujan lebat yang abadi membentuk lautan pembentukan air, udara makin sempurna terlindung dari benturan berbagai benda luar angkasa (meteorit). Ada dua macam meteorit, yaitu meteorit logam (mengandung besi nikel dan meteorit baju), beberapa contoh batuan kerak bumi dapat disaksikan di museum geologi.

2.      Paleozoikum
Paleozoikum atau sering pula disebut sebagai zaman primer atau zaman hidup tua berlangsung selama 340 juta tahun. Makhluk hidup yang muncul pada zaman ini seperti mikro organisme, ikan, ampibi, reptil dan binatang yang tidak bertulang punggung.

3.      Mesozoikum
Mesozoikum atau sering pula disebut sebagai zaman sekunder atau zaman hidup pertengahan berlangsung selama kira-kira 140 juta tahun, antara 251 hingga 65 juta tahun yang lalu. Pada zaman pertengahan ini, reptil besar berkembang dan menyebar ke seluruh dunia sehingga pada zaman ini sering pula disebut sebagai zaman reptil.
4.      Neozoikum
Neozoikum atau zaman hidup pertengahan dibagi menjadi menjadi dua zaman, yaitu zaman Tersier dan zaman Kuartier.
a.       Zaman Tersier berlangsung sekitar 60 juta tahun. Zaman ini ditandai dengan berkembangnya jenis binatang menyusui.
b.      Zaman Kuartier ditandai dengan munculnya manusia sehingga merupakan zaman terpenting. Zaman ini kemudian dibagi lagi menjadi dua zaman, yaitu zaman Pleitosen dan Holosin.
·         Zaman Pleitosen (Dilluvium) berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang ditandai dengan adanya manusia purba.
·         Zaman Holocen/Alluvium berlangsung kira-kira 20.000 tahun yang lalu dan
terus berkembang sampai dewasa ini. Pada zaman ini ditandai dengan
munculnya manusia jenis Homo Sapiens yang memiliki ciri-ciri seperti
manusia sekarang.

B.     Pembabakan Zaman Prasejarah berdasarkan Arkeologi
Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau melalui benda-benda
artefak. Dari hasil penelitian para ahli arkeologi, maka tabir kehidupan masyarakat
prasejarah Indonesia dapat diketahui. Berdasarkan penggalian arkeologi maka prasejarah
dapat dibagi menjadi 2 zaman, seperti pada uraian materi berikut ini.
1.      Zaman Batu
Zaman batu menunjuk pada suatu periode di mana alat-alat kehidupan manusia
terbuat dari batu, walaupun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat dari kayu dan
tulang. Tetapi pada zaman itu secara dominan alat-alat yang digunakan terbuat dari
batu. Dari alat-alat peninggalan zaman batu tersebut, melalui Metode Tipologi (cara
menentukan umur berdasarkan bentuk atau tipe benda peninggalan), maka zaman
batu dibedakan lagi menjadi 3 periode/masa, yaitu:
a.       Batu Tua/Palaeolithikum
Merupakan suatu masa di mana hasil buatan alat-alat dari batunya masih kasar
dan belum diasah/diupam, sehingga bentuknya masih sederhana.
Contohnya : kapak genggam.
b.      Batu Tengah Madya/Mesolithikum
Merupakan masa peralihan di mana cara pembuatan alat-alat kehidupannya lebih
baik dan lebih halus dari zaman batu tua.
Contohnya : Pebble/Kapak Sumatera.
c.       Batu Muda/Neolithikum
Merupakan suatu masa di mana alat-alat kehidupan manusia dibuat dari batu
yang sudah dihaluskan, serta bentuknya lebih sempurna dari zaman sebelumnya.
Contohnya : kapak persegi dan kapak lonjong.
d.      Zaman Logam
Perlu ditegaskan bahwa dengan dimulainya zaman logam bukan berarti berakhirnya zaman batu, karena pada zaman logampun alat-alat dari batu terus berkembang bahkan sampai sekarang. Sesungguhnya nama zaman logam hanyalah untuk menyatakan bahwa pada zaman tersebut alat-alat dari logam telah dikenal dan dipergunakan secara dominan. Zaman logam disebut juga dengan zaman perundagian.
Perkembangan zaman logam di Indonesia berbeda dengan yang ada di Eropa, karena zaman logam di Eropa mengalami 3 fase/bagian, yaitu zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi. Sedangkan di Indonesia khususnya dan Asia Tenggara umumnya tidak mengalami zaman tembaga tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi secara bersamaan. Dan hasil temuan yang lebih dominan adalah alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam disebut juga dengan zaman perunggu.
Megalithikum merupakan suatu istilah kebudayaan batu besar (Mega = besar; Lithos = batu). Kebudayaan Megalithikum bukanlah suatu zaman yang berkembang tersendiri, melainkan suatu hasil budaya yang timbul pada zaman Neolithikum dan berkembang pesat pada zaman logam.

C.     Pembabakan Zaman Prasejarah berdasarkan Ciri-ciri Kehidupan masyarakat
Makhluk manusia adalah makhluk yang hidup berkelompok dan mempunyai organisme
yang secara biologis berbeda dan lebih lemah dari jenis binatang. Namun otak manusia
berevolusi paling jauh bila dibandingkan dengan makhluk lainnya. Kemampuan otak
manusia yang berupa proses berpikir menyebabkan manusia dapat memilah-milah
tindakan yang dapat menguntungkan kelangsungan hidupnya.
Dalam rangka kelangsungan hidupnya maka manusia merupakan makhluk pembentuk
kebudayaan dan manusia juga sebagai pembentuk masyarakat. Karena pada hakekatnya
manusia tidak dapat hidup sendiri tetapi harus berkelompok.
Berikut ini Anda akan mengikuti paparan perkembangan manusia Indonesia yang hidup
pada zaman prasejarah. Kehidupan masyarakat (manusia) pada zaman prasejarah terbagi
menjadi 3 periode, yaitu:
1.      Masa berburu dan mengumpulkan makanan
Pada masa ini secara fisik manusia masih terbatas usahanya dalam menghadapi
kondisi alam. Tingkat berpikir manusia.
2.      Masa bercocok tanam
Pada masa ini kemampuan berpikir manusia mulai berkembang. Sehingga timbul
upaya menyiapkan persediaan bahan makanan yang cukup dalam suatu masa
tertentu. Dalam upaya tersebut maka manusia bercocok tanam dan tidak lagi
tergantung kepada alam.


3.      Masa perundagian
Pada masa ini masyarakat sudah mengenal teknik-teknik pengolahan logam.
Pengolahan logam memerlukan suatu tempat serta keahlian khusus. Tempat untuk
mengolah logam dikenal dengan nama perundagian dan orang yang ahli
mengerjakannya dikenal dengan sebutan Undagi.

D.    Jenis-jenis Manusia purba di Indonesia
Manusia yang hidup pada zaman prasejarah sekarang sudah berubah menjadi fosil.
Fosil manusia yang ditemukan di Indonesia dalam perkembangan terdiri dari beberapa
jenis. Hal ini diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke-19, di mana
mereka tertarik untuk mengadakan penelitian tentang fosil manusia di Indonesia.
Fosil manusia yang ditemukan pertama kali berasal dari Trinil Jawa Timur oleh Eugene
Dubouis, sehingga menarik para ahli lain untuk datang ke Pulau Jawa mengadakan
penelitian yang serupa. Selanjutnya penyelidikan fosil manusia dilakukan oleh GRH Von
Koenigswald, Ter Har, dan Oppenoorth serta F. Weidenrech. Mereka berhasil menemukan fosil manusia di daerah Sangiran, Ngandong, di lembah Sungai Bengawan Solo.
Atas temuan fosil tersebut, Von Koenigswald membagi zaman Dilluvium/Pleistocen di
Indonesia menjadi 3 lapisan yaitu Pleistocen bawah/lapisan Jetis, Pleistocen tengah/
lapisan Trinil dan Pleistocen atas/lapisan Ngandong.
Penyelidikan fosil manusia selain dilakukan oleh orang-orang eropa, juga dilakukan oleh
para ahli dari Indonesia, yaitu seperti Prof. Dr. Sartono, Prof. Dr. teuku Jacob, Dr. Otto
Sudarmadji dan Prof. Dr. Soejono. Lokasi penyelidikan adalah Sangiran dan lembah
Sungai Bengawan Solo. Dari hasil penyelidikan tersebut dapat diketahui jenis manusia
purba yang hidup di Indonesia. Untuk itu silahkan Anda pelajari uraian berikut ini.
1.      Meganthropus
Seperti yang telah diuraikan pada materi sebelumnya, Von Koenigswald menemukan
tengkorak di Desa Sangiran tahun 1941. Tengkorak yang ditemukan berupa tulang
rahang bawah, dan gigi geliginya yang tampak mempunyai batang yang tegap dan
geraham yang besar-besar.
Dari penemuan tersebut, maka oleh Von Koenigswald diberi nama Meganthropus
Palaeojavanicus yang artinya manusia raksasa tertua dari Pulau Jawa. Fosil tersebut
diperkirakan hidupnya antara 20 juta – 15 juta tahun yang lalu, dan berasal dari
lapisan Jetis. Untuk lebih menambah pemahaman Anda tentang jenis manusia purba
di Indonesia, maka bandingkanlah jenis Meganthropus ini dengan jenis fosil yang
lain seperti pada uraian materi berikut ini.
2.      Pithecanthropus/Homo Erectus
Dengan kedatangan Eugene Dubouis ke Pulau jawa tahun 1890 di Trinil, Ngawi
ditemukan tulang rahang, kemudian tahun 1891 bagian tengkorak dan tahun 1892
ditemukan tulang paha kiri setelah disusun hasil penemuan fosil-fosil tersebut oleh
Eugene Dubouis diberi nama Pithecanthropus Eractus artinya manusia kera yang
berjalan tegak. Dan sekarang fosil tersebut dinamakan sebagai Homo Erectus dari
Jawa. Homo Erectus hidupnya diperkirakan antara 1,5 juta – 500.000 tahun yang lalu
dan berasal dari Pleistocen tengah atau lapisan Trinil.
Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami bahwa Homo Erectus
ternyata usianya lebih muda jika dibandingkan dengan Meghanthropus
Plaeojavanicus.
Para ilmuwan awalnya menganggap hasil temuan E. Dubouis (Homo Erectus) bukan
termasuk garis keturunan manusia, tetapi setelah adanya temuan fosil oleh Von
Koenigswald dari lapisan jetis/pleistocen bawah, maka seluruh ilmuwan mengakuibahwa fosil-fosil yang ditemukan Von Koenigswald lebih tua umurnya jika dibandingkan dengan Homo Erectus yang ditemukan oleh E. Dubouis.
Fosil manusia yang ditemukan Von Koenigswald di lapisan jetis adalah:
a.       Fosil manusia yang ditemukan di Perning (Mojokerto) Jawa Timur tahun 1936 -
1941, diberi nama Pithecanthropus Mojokertensis yang artinya manusia kera
dari Mojokerto, dan sekarang disebut dengan Homo Mojokertensis.
b.      Fosil manusia yang ditemukan tahun 1936 di Sangiran lembah Sungai Bengawan
Solo, diberi nama Pithecanthropus Robustus yang artinya manusia kera yang
besar dan kuat tubuhnya atau disebut dengan Homo Robustus.
c.       Homo Sapiens
Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang.
Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara.
Jenis fosil Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia terdiri dari:
1.      Fosil manusia yang ditemukan di daerah Ngandong lembah Sungai Bengawan
Solo tahun 1931 – 1934. Fosil ini setelah diteliti oleh Von Koenigswald dan
Weidenreich diberi nama Homo Sapiend Soloensis (Homo Soloensis).
2.      Fosil manusia yang ditemukan di Wajak (Tulung Agung) tahun 1889 oleh Van Reitschotten diteliti oleh Eugene Dubouis kemudian diberi nama menjadi Homo Sapiens Wajakensis. Tempat penemuan kedua fosil manusia di atas adalah lapisan Ngandong atau Pleistocen Atas dan hidupnya diperkirakan 100.000 – 50.000 tahun yang lalu Untuk memudahkan Anda memahami lokasi penemuan jenis manusia purba di Indonesia.

E.     Perpindahan/Migrasi Bangsa-bangsa ke Indonesia
1.      Bangsa Melanesia atau disebut juga dengan Papua Melanosoide yang merupakan
rumpun bangsa Melanosoide/Ras Negroid. Bangsa ini merupakan gelombang
pertama yang berimigrasi ke Indonesia.
2.      Bangsa Melayu yang merupakan rumpun bangsa Austronesia yang termasuk
golongan Ras Malayan Mongoloid. Bangsa ini melakukan perpindahan ke Indonesia
melalui dua gelombang yaitu:
a.       Gelombang pertama tahun 2000 SM, menyebar dari daratan Asia ke
Semenanjung Melayu, Indonesia, Philipina dan Formosa serta Kepulauan Pasifik
sampai Madagaskar yang disebut dengan Proto Melayu. Bangsa ini masuk ke
Indonesia melalui dua jalur yaitu Barat dan Timur, dan membawa kebudayaan
Neolithikum (Batu Muda) seperti pada gambar 13.
b.      Gelombang kedua tahun 500 SM, disebut dengan bangsa Deutro Melayu. Bangsa
ini masuk ke Indonesia membawa kebudayaan logam (perunggu).
c.       Jenis Bangsa Prasejarah Indonesia
Dengan adanya migrasi/perpindahan bangsa dari daratan Asia ke Indonesia, maka pada zaman prasejarah Kepulauan Indonesia sudah dihuni oleh berbagai bangsa yang terdiri dari:
1.      Bangsa Melanisia/Papua Melanosoide yang merupakan Ras Negroid memiliki ciriciri antara lain: kulit kehitam-hitaman, badan kekar, rambut keriting, mulut lebar dan hidung mancung. Bangsa ini sampai sekarang masih terdapat sisa-sisa keturunannya seperti Suku Sakai/Siak di Riau, dan suku-suku bangsa Papua Melanosoide yang mendiami Pulau Irian dan pulau-pulau Melanesia.
2.      Bangsa Melayu Tua/Proto Melayu yang merupakan ras Malayan Mongoloid memiliki ciri-ciri antara lain: Kulit sawo matang, rambut lurus, badan tinggi ramping, bentuk mulut dan hidung sedang. Yang termasuk keturunan bangsa ini adalah Suku Toraja (Sulawesi Selatan), Suku Sasak (Pulau Lombok), Suku Dayak (Kalimantan Tengah), Suku Nias (Pantai Barat Sumatera) dan Suku Batak (Sumatera Utara) serta Suku Kubu (Sumatera Selatan).
3.      Bangsa Melayu Muda/Deutro Melayu yang merupakan rasa Malayan Mongoloid sama dengan bangsa Melayu Tua, sehingga memiliki ciri-ciri yang sama. Bangsa ini berkembang menjadi Suku Aceh, Minangkabau (Sumatera Barat), Suku Jawa, Suku Bali, Suku Bugis dan Makasar di Sulawesi dan sebagainya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal Mula Pulau-Pulau di Tobelo

Hasil Kebudayaan Megalitikum dan Budaya Megalitik

MENGEMBANGKAN SIKAP TOLERANSI BERAGAMA DI SUMATERA SELATAN