REVOLUSI INDUSTRI
REVOLUSI INDUSTRI
Revolusi Industri terjadi
pada periode antara tahun 1760-1850 di mana terjadinya perubahan secara
besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan
teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi,
dan budaya di
dunia. Revolusi ini menyebabkan terjadinya perkembangan besar-besaran yang
terjadi pada semua aspek kehidupan manusia. Singkatnya, revolusi industri
adalah masa dimana pekerjaan manusia di berbagai bidang mulai digantikan oleh
mesin. Revolusi Industri dimulai dari Britania Raya dan
kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang,
dan menyebar ke seluruh dunia.
Revolusi Industri menandai terjadinya titik
balik besar dalam sejarah dunia, hampir setiap aspek kehidupan sehari-hari
dipengaruhi oleh Revolusi Industri, khususnya dalam hal peningkatan pertumbuhan
penduduk dan pendapatan rata-rata yang berkelanjutan dan belum pernah terjadi
sebelumnya. Selama dua abad setelah Revolusi Industri, rata-rata pendapatan
perkapita negara-negara di dunia meningkat lebih dari enam kali lipat. Seperti
yang dinyatakan oleh pemenang Hadiah Nobel, Robert Emerson Lucas, bahwa: "Untuk
pertama kalinya dalam sejarah, standar hidup rakyat biasa mengalami pertumbuhan
yang berkelanjutan. Perilaku ekonomi yang seperti ini tidak pernah terjadi
sebelumnya".
Inggris memberikan landasan hukum dan budaya
yang memungkinkan para pengusaha untuk merintis terjadinya Revolusi Industri. Faktor
kunci yang turut mendukung terjadinya Revolusi Industri antara lain: (1) Masa
perdamaian dan stabilitas yang diikuti dengan penyatuan Inggris dan Skotlandia,
(2) tidak ada hambatan dalam perdagangan antara Inggris dan Skotlandia, (3)
aturan hukum (menghormati kesucian kontrak), (4) sistem hukum yang sederhana
yang memungkinkan pembentukan saham gabungan perusahaan (korporasi), dan (5)
adanya pasar bebas (kapitalisme).
Revolusi Industri dimulai pada akhir abad ke-18,
di mana terjadinya peralihan dalam penggunaan tenaga kerja di
Inggris yang sebelumnya menggunakan tenaga hewan dan manusia, yang kemudian
digantikan oleh penggunaan mesin yang berbasis menufaktur. Periode awal dimulai
dengan dilakukannya mekanisasi terhadap industri tekstil, pengembangan teknik
pembuatan besi dan peningkatan penggunaan batubara. Ekspansi perdagangan turut
dikembangkan dengan dibangunnya terusan,
perbaikan jalan raya dan rel kereta api. Adanya peralihan dari
perekonomian yang berbasis pertanian ke perekonomian yang berbasis manufaktur
menyebabkan terjadinya perpindahan penduduk besar-besaran dari desa ke kota,
dan pada akhirnya menyebabkan membengkaknya populasi di kota-kota besar di
Inggris
Awal mula Revolusi Industri masih
diperdebatkan. T.S. Ashton menulisnya
kira-kira 1760-1830. Tidak ada titik pemisah dengan Revolusi Industri II pada
sekitar tahun 1850, ketika kemajuan teknologi dan ekonomi mendapatkan momentum
dengan perkembangan kapal tenaga-uap, rel, dan kemudian di akhir
abad tersebut perkembangan mesin pembakaran dalam dan
perkembangan pembangkit tenaga listrik.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya Revolusi
Industri adalah terjadinya revolusi ilmu pengetahuan pada abad ke-16 dengan
munculnya para ilmuwan seperti Francis Bacon, René
Descartes, Galileo
Galilei. Disamping itu, disertai adanya pengembangan riset dan
penelitian dengan pendirian lembaga riset seperti The Royal Improving
Knowledge, The Royal Society of England, dan The French Academy of Science.
Adapula faktor dari dalam seperti ketahanan politik dalam negeri, perkembangan
kegiatan wiraswasta, jajahan Inggris yang luas dan kaya akan sumber daya alam.
Istilah "Revolusi Industri" sendiri diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis-Auguste Blanqui di pertengahan abad ke-19. Beberapa sejarawan abad ke-20 seperti John Clapham dan Nicholas Crafts berpendapat bahwa proses perubahan ekonomi dan sosial yang terjadi secara bertahap dan revolusi jangka panjang adalah sebuah ironi. Produk domestik bruto (PDB) per kapita negara-negara di dunia meningkat setelah Revolusi Industri dan memunculkan sistem ekonomi kapitalis modern. Revolusi Industri menandai dimulainya era pertumbuhan pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi kapitalis. Revolusi Industri dianggap sebagai peristiwa paling penting yang pernah terjadi dalam sejarah kemanusiaan sejak domestikasi hewan dan tumbuhan pada masa Neolitikum.
Etimologi
Awal mula penggunaan istilah "Revolusi
Industri" ditemukan dalam surat oleh seorang
utusan dari Paris bernama Louis-Guillaume Otto pada
tanggal 6 Juli 1799, yang mana di saat itu dia menuliskan bahwa Prancis telah
memasuki era industrialise. Dalam
buku terbitan tahun 1976 yang berjudul: Keywords: A Vocabulary of
Culture and Society, Raymond Williams menyatakan
bahwa kata itu sebagai sebutan untuk istilah "industri".
Revolusi Industri adalah perubahan besar, secara
cepat, dan juga radikal yang
memengaruhi kehidupan corak manusia sering disebut revolusi. Istilah revolusi
biasanya digunakan dalam melihat perubahan politik atau sistem pemerintahan.
Namun, Revolusi Industri di Inggris pada hakikatnya adalah perubahan dalam cara
pembuatan barang-barang yang
semula dikerjakan dengan tangan (tenaga manusia) kemudian digantikan dengan
tenaga mesin.
Dengan demikian, barang-barang dapat dihasilkan dalam jumlah banyak dengan
waktu yang relatif singkat.
Latar belakang
Revolusi Industri untuk kali pertamanya muncul
di Inggris. Adapun faktor-faktor yang menyebabkannya adalah sebagai berikut:
·
Situasi politik yang stabil.
Adanya Revolusi Agung tahun 1688 yang
mengharuskan raja bersumpah setia kepada Bill of Right sehingga
raja tunduk kepada undang-undang dan hanya menarik pajak berdasarkan atas
persetujuan parlemen.
·
Inggris kaya bahan tambang,
seperti batu bara, biji besi, timah, dan kaolin.[19] Di
samping itu, wol juga sangat menunjang industri tekstil.
·
Adanya penemuan baru di bidang
teknologi yang dapat mempermudah cara kerja dan meningkatkan hasil produksi,
misalnya alat-alat pemintal, mesin tenun, mesin uap,
dan sebagainya.
·
Kemakmuran Inggris akibat
majunya pelayaran dan perdagangan sehingga dapat menyediakan modal yang besar
untuk bidang usaha. Di samping itu, di Inggris juga tersedia bahan mentah yang
cukup karena Inggris mempunyai banyak daerah jajahan yang menghasilkan bahan
mentah tersebut.
·
Pemerintah memberikan
perlindungan hukum terhadap hasil-hasil penemuan baru (hak paten) sehingga
mendorong kegiatan penelitian ilmiah. Lebih-lebih setelah dibentuknya lembaga
ilmiah Royal Society for Improving Natural Knowledge maka perkembangan
teknologi dan industri bertambah maju.
·
Arus urbanisasi yang besar
akibat Revolusi Agraria di
pedesaan mendorong pemerintah Inggris untuk membuka industri yang lebih banyak
agar dapat menampung mereka.
Perkembangan
Pada akhir abad Pertengahan kota-kota di Eropa
berkembang sebagai pusat kerajinan dan perdagangan. Warga kota (kaum Borjuis)
yang merupakan warga berjiwa bebas menjadi tulang punggung perekonomian kota.
Mereka bersaing secara bebas untuk kemajuan dalam perekonomian. Pertumbuhan
kerajinan menjadi industri melalui beberapa tahapan, seperti berikut.
1.
Sistem Domestik
Tahap ini
dapat disebut sebagai tahap kerajinan rumah (home industry). Para
pekerja bekerja di rumah masing-masing dengan alat yang mereka miliki sendiri.
Bahkan, kerajinan diperoleh dari pengusaha yang setelah selesai dikerjakan
disetorkan kepadanya. Upah diperoleh berdasarkan jumlah barang yang dikerjakan.
Dengan cara kerja yang demikian, majikan yang memiliki usaha hanya membayar
tenaga kerja atas dasar prestasi atau hasil. Para majikan tidak direpotkan soal
tempat kerja dan gaji.
2.
Manufakturosi
Setelah
kerajinan industri makin berkembang diperlukan tempat khusus untuk bekerja agar
majikan dapat mengawasi dengan baik cara mengerjakan dan mutu produksinya.
Sebuah manufaktur (pabrik) dengan puluhan tenaga kerja didirikan dan biasanya
berada di bagian belakang rumah majikan. Rumah bagian tengah untuk tempat
tinggal dan bagian depan sebagai toko untuk menjual produknya. Hubungan majikan
dengan pekerja (buruh) lebih akrab karena tempat kerjanya jadi satu dan jumlah
buruhnya masih sedikit. Barang-barang yang dibuat kadang-kadang juga masih
berdasarkan pesanan
3.
Sistem pabrik
Tahap sistem
pabrik sudah merupakan industri yang menggunakan mesin. Tempatnya di daerah
industri yang telah ditentukan, bisa di dalam atau di luar kota. Tempat
tersebut untuk tempat kerja, sedangkan majikan tinggal di tempat lain. Demikian
juga toko tempat pemasaran hasil industri diadakah di tempat lain. Jumlah
tenaganya kerjanya (buruhnya) sudah puluhan, bahkan ratusan. Barang-barang
produksinya dibuat untuk dipasarkan.
Berbagai jenis penemuan
Adanya penemuan teknologi baru, besar peranannya
dalam proses industrialisasi sebab teknologi baru dapat mempermudah dan
mempercepat kerja industri, melipatgandakan hasil, dan menghemat biaya. Penemuan-penemuan
yang penting, antara lain sebagai berikut.
·
Penemuan bor benih oleh Jethro
Tull pada tahun 1701 yang meningkatkan produktivitas di sektor pertanian Eropa
Barat.
·
Kumparan terbang (flying
shuttle) ciptaan John Kay (1733) yang
mampu melakukan proses pemintalan secara cepat.
·
Mesin pemintal benang (spinning
jenny) ciptaan James Hargreves (1767)
dan Richard Arkwright (1769), dipatenkan pada
tahun 1770. Dengan alat ini seseorang dapat memintal dengan delapan senar dalam
satu kali putaran sehingga memungkinkan produksi berlipat ganda.
·
Mesin tenun ciptaan Edmund Cartwight (1785).
Temuan ini membuat kemacetan dalam industri tekstil (lantaran jumlah pemintal
dan penenun tidak seimbang) teratasi.
·
Cotton Gin, alat
pemisah biji kapas dari serabutnya ciptaan Eli Whitney (1793).
Dengan alat ini maka kebutuhan kapas bersih dalam jumlah yang besar dapat
tercukupi. Penemuan ini menjadi fasilitas pendukung pada pabrik kapas
milik Samuel Slater di Rhode Island yang menjadi era revolusi industri pertama
bagi Amerika Serikat.
·
Cap selinder ciptaan Thomas Bell (1785).
Dengan alat ini kain putih dapat dilukis pola kembang 200 kali lebih cepat jika
dibandingkan dengan pola cap balok dengan tenaga manusia.
·
Mesin uap, ciptaan James Watt (1769)
dengan aplikasi pertamanya pada alat untuk memompa air keluar dari sumber
tambang batu bara lebih efisien. Dari mesin uap ini dapat diciptakan
berbagai peralatan besar yang menakjubkan, seperti lokomotif ciptaan Richard Trevethiek (1804)
yang kemudian disempurnakan oleh George Stepenson menjadi kereta api penumpang.
Kapal perang yang digerakkan dengan mesin uap diciptakan oleh Robert Fulton
(1814). Mesin uap merupakan inti dari Revolusi Industri sehingga James Watt
sering dianggap sebagai Bapak Revolusi Industri I'. Penemuan-penemuan baru
selanjutnya, semakin lengkap dan menyempurnakan. Hal ini merupakan hasil
Revolusi Industri II dan III, seperti mobil, pesawat terbang, industri kimia
dan sebagainya.
Selain itu, Revolusi Industri merupakan masa
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menimbulkan penemuan-penemuan
baru, seperti berikut:
·
Tahun 1750: Abraham Darby menggunakan
batu bara (cokes) untuk melelehkan besi untuk mendapatkan nilai besi yang lebih
sempurna.
·
Tahun 1800: Alessandro Volta
penemu pertama baterai
·
Tahun 1802: Symington
menemukan kapal kincir.
·
Tahun 1807: Robert Fulton membuat
kapal api yang telah menggunakan baling-baling yang dapat menggerakkan kapal.
Kapal itu diberi nama Clermont yang mengarungi Lautan Atlantik pertama kali.
Kapal ini berangkat dari Paris dan berlabuh di New York. Selanjutnya, Robert
Fulton berhasil membuat kapal perang pertama (1814) yang telah digerakkan oleh
mesin uap.
·
Tahun 1804: Richard Trevethick membuat kereta uap
·
Tahun 1832: Samuel Morse membuat
telegraf.
·
Tahun 1872: Alexander Graham Bell membuat pesawat
telepon.
·
Tahun 1887: Daimler membuat
mobil.
·
Tahun 1903: Wilbur Wright dan Orville
Wright membuat pesawat terbang
Dampak
Revolusi Industri mengubah Inggris menjadi
negara industri yang maju dan modern. Di Inggris muncul pusat-pusat industri,
seperti, Manchester, Liverpool,
dan Birmingham yang
menempati urutan keempat, ketiga, dan kedua setelah London. Seperti halnya
revolusi yang lain, Revolusi Industri juga membawa akibat yang lebih luas dalam
bidang ekonomi, sosial dan politik, baik di negeri Inggris sendiri maupun di
negara-negara lain.
Akibat di bidang ekonomi
1.
Barang melimpah dan harga
murah
Revolusi
Industri telah menimbulkan peningkatan usaha industri dan pabrik secara
besar-besaran melalui proses mekanisasi. Dengan demikian, dalam waktu singkat
dapat menghasilkan barang-barang yang melimpah. Produksi barang menjadi
berlipat ganda sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang lebih luas.
Akibat pembuatan barang menjadi cepat, mudah, serta dalam jumlah yang banyak
sehingga harga menjadi lebih murah.
2.
Perusahaan kecil gulung tikar
Dengan
penggunaan mesin-mesin maka biaya produksi menjadi relatif kecil sehingga harga
barang-barang pun relatif lebih murah. Hal ini membawa akibat perusahaan
tradisional terancam dan gulung tikar karena tidak mampu bersaing.
3.
Perdagangan makin berkembang
Berkat
peralatan komunikasi yang modern, cepat dan murah, produksi lokal berubah
menjadi produksi internasional. Pelayaran dan perdagangan internasional makin
berkembang pesat.
4.
Transportasi semakin lancar
Adanya
penemuan di berbagai sarana dan prasarana transportasi yang makin sempurna dan
lancar. Dengan demikian, dinamika kehidupan masyarakat makin meningkat. Di
Amerika, produksi mobil Ford model T mulai berkembang dengan pesat setelah
menerapkan konsep lintasan perakitan (assembly line) menggunakan ban berjalan
(conveyor belt) sehingga dapat mereduksi waktu dan biaya produksi.
Akibat di bidang sosial
1.
Berkembangnya urbanisasi
Berkembangnya
industrialisasi telah memunculkan kota-kota dan pusat-pusat keramaian yang
baru. Karena kota dengan kegiatan industrinya menjanjikan kehidupan yang lebih
layak maka banyak petani desa pergi ke kota untuk mendapatkan pekerjaan. Hal
ini mengakibatkan terabaikannya usaha kegiatan pertanian.
2.
Upah buruh rendah
Akibat makin
meningkatnya arus urbanisasi ke kota-kota industri maka jumlah tenaga kerja makin
melimpah. Sementara itu, pabrik-pabrik banyak yang menggunakan tenaga mesin.
Dengan demikian, upah tenaga kerja menjadi murah. Selain itu, jaminan
sosial pun berkurang sehingga kehidupan mereka menjadi susah. Bahkan para
pengusaha banyak memilih tenaga buruh anak-anak dan wanita yang upahnya lebih
murah dibandingkan pekerja pria.
3.
Munculnya golongan pengusaha
dan golongan buruh
Di dalam
kegiatan industrialisasi dikenal adanya kelompok pekerja (buruh) dan kelompok
pengusaha (majikan) yang memiliki industri atau pabrik. Dengan demikian, dalam
masyarakat timbul golongan baru, yakni golongan pengusaha (kaum kapitalis) yang
hidup penuh kemewahan dan golongan buruh yang hidup dalam kemiskinan.
4.
Adanya kesenjangan antara
majikan dan buruh
Dengan
munculnya golongan pengusaha yang hidup mewah di satu pihak, sementara terdapat
golongan buruh yang hidup menderita di pihak lain, maka hal itu menimbulkan
kesenjangan antara pengusaha dan buruh. Kondisi seperti itu sering menimbulkan
ketegangan-ketegangan yang diikuti dengan pemogokan kerja untuk menuntut
perbaikan nasib. Hal ini menimbulkan kebencian terhadap sistem ekonomi
kapitalis, sehingga kaum buruh condong kepada paham sosialis.
5.
Munculnya revolusi sosial
Pada tahun
1820-an terjadi huru hara yang ditimbulkan oleh penduduk kota yang miskin
dengan didukung oleh kaum buruh. Gerakan sosial ini menuntut adanya perbaikan
nasib rakyat dan buruh. Akibatnya, pemerintah mengeluarkan undang-undang yang
menjamin perbaikan nasib kaum buruh dan orang miskin. Undang-undang tersebut,
antara lain sebagai berikut:
a. Tahun 1832
dikeluarkan Reform Bill atau
Undang-Undang Pembaharuan Pemilihan. Menurut undang-undang ini, kaum buruh
mendapatkan hak-hak perwakilan di dalam parlemen.
b. Tahun 1833
dikeluarkan Factory Act atau
Undang-Undang Pabrik. Menurut undang-undang ini, kaum buruh mendapatkan jaminan
sosial. Di samping itu, undang-undang juga berisi larangan pengunaan tenaga
kerja anak-anak dan wanita di daerah tambang di bawah tanah.
c. Tahun 1834
dikeluarkan Poor Law Act atau Undang-Undang Fakir Miskin. Oleh
karena itu, didirikan pusat-pusat penampungan dan perawatan para fakir miskin
sehingga tidak berkeliaran.
d. Makin
kuatnya sifat individualisme dan menipisnya rasa solidaritas. Dengan adanya
Revolusi Industri sifat individualitas makin kuat karena terpengaruh oleh
sistem ekonomi industri yang serba uang. Sebaliknya, makin menipisnya rasa
solidaritas dan kekeluargaan.
Akibat di bidang politik
1.
Munculnya gerakan sosialis
Kaum buruh
yang diperlakukan tidak adil oleh kaum pengusaha mulai bergerak menyusun
kekuatan untuk memperbaiki nasib mereka. Mereka kemudian membentuk organisasi
yang lazim disebut gerakan sosialis. Gerakan sosialis dimotivasi oleh
pemikiran Thomas Marus yang
menulis buku Otopia. Tokoh yang paling populer di dalam pemikiran dan penggerak
paham sosialis adalah Karl Marx dengan bukunya Das Kapital.
2.
Munculnya partai politik
Dalam upaya
memperjuangkan nasibnya maka kaum buruh terus menggalang persatuan. Apalagi
dengan makin kuatnya kedudukan kaum buruh di parlemen mendorong dibentuknya
suatu wadah perjuangan politik, yakni Partai Buruh.
Partai ini berhaluan sosialis. Di pihak pengusaha menggabungkan diri ke dalam
Partai Liberal.
3.
Munculnya imperialisme modern
Kaum
pengusaha/kapitalis umumnya mempunyai pengaruh yang kuat dalam pemerintahan
untuk melakukan imperialisme demi kelangsungan industrialisasinya. Dengan
demikian, lahirlah imperialisme modern, yaitu perluasan daerah-daerah sebagai
tempat pemasaran hasil industri, mencari bahan mentah, penanaman modal yang
surplus, dan tempat mendapatkan tenaga buruh yang murah. Dalam hal ini, Inggris
yang menjadi pelopornya.
Pengaruh Revolusi Industri terhadap perubahan sosial, ekonomi, dan
politik di Indonesia
Revolusi Industri yang terjadi di Eropa dan Inggris
khususnya membawa dampak di bidang sosial, ekonomi, dan politik. Di bidang
sosial munculnya golongan buruh yang hidup menderita dan berusaha berjuang
untuk memperbaiki nasib. Gerakan kaum buruh inilah yang kemudian melahirkan
gerakan sosialis yang menjadi lawan dari kapitalis. Bahkan kaum buruh akhirnya
bersatu dalam suatu wadah organisasi, yakni Partai Buruh. Di bidang ekonomi,
perdagangan makin berkembang. Perdagangan lokal berubah menjadi perdagangan
regional dan internasional. Sebaliknya, di bidang politik, Revolusi Industri
melahirkan imperialisme modern.
Perubahan di bidang politik
Sejak VOC dibubarkan pada
tahun 1799, Indonesia diserahkan kembali kepada pemerintahan
Kerajaan Belanda.
Pindahnya kekuasaan pemerintahan dari VOC ke tangan pemerintah Belanda tidak
berarti dengan sendirinya membawa perbaikan. Kemerosotan moral di kalangan para
penguasa dan penderitaan penduduk jajahan tidak berubah. Usaha perbaikan bagi
penduduk tanah jajahan tidak dapat dilaksanakan karena Negeri Belanda sendiri
terseret dalam perang dengan negara-negara besar tetangganya. Hal ini terjadi
karena Negeri Belanda pada waktu itu diperintah oleh pemerintah boneka dari
Kerajaan Prancis di
bawah pimpinan Napoleon Bonaparte. Dalam situasi yang
demikian, Inggris dapat memperluas daerah kekuasaannya dengan merebut jajahan
Belanda, yaitu Indonesia.
Hindia Belanda di bawah Daendels (1808–1811)
Dalam usaha mengadakan pembaharuan pemerintahan
di tanah jajahan, di Negeri Belanda ada dua golongan yang mengusulkannya.
·
Golongan Konservatif dengan
tokohnya Nenenberg yang menginginkan untuk mempertahankan sistem politik dan
ekonomi seperti yang dilakukan oleh VOC.
·
Golongan Liberal dengan
tokohnya Dirk van Hogendorp yang menghendaki agar pemerintah Hindia Belanda
menjalankan sistem pemerintahan langsung dan menggunakan sistem pajak. Sistem
penyerahan paksa yang dilakukan oleh VOC agar digantikan dengan sistem
penyerahan pajak.
Di satu pihak pemerintah condong kepada
pemikiran kaum konservatif karena kebijaksanaannya akan mendatangkan keuntungan
yang cepat dan mudah dilaksanakan. Di pihak lain, pemerintah juga ingin
menjalankan pembaharuan yang dikemukakan oleh kaum Liberal. Gagasan pembaharuan
pemerintahan kolonial dimulai semenjak pemerintahan Daendels. Sebagai gubernur
jenderal pemerintahan Belanda di Indonesia, Daendels banyak
melakukan langkah-langkah baru dalam pemerintahan. Daendels mengadakan
perombakan pemerintahan secara radikal, yakni meletakkan dasar-dasar
pemerintahan menurut sistem Barat. Langkah-langkah tersebut, antara lain:
·
Pemerintahan kolonial
dipusatkan di Batavia dan berada di tangan gubernur jenderal.
·
Pulau Jawa dibagi
menjadi sembilan prefecture. Hal ini untuk mempermudah administrasi
pemerintahan.
·
Para bupati dijadikan pegawai
pemerintah Belanda di bawah pemerintahan prefect.
·
Mengadakan pemberantasan
korupsi dan penyelewengan dalam pungutan (contingenten) dan kerja paksa.
·
Kesultanan Banten dan Cirebon
dijadikan daerah pemerintah Belanda yang disebut pemerintah gubernemen.
·
Berbagai upacara di
istana Surakarta dan Yogyakarta disederhanakan.
Pada awal pemerintahannya, Daendels menentang
sistem kerja paksa dan merombak sistem feodal.
Akan tetapi, tugas untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris
menyebabkan Daendels terpaksa harus mengadakan penyerahan kerja paksa secara
besar-besaran (dengan menggunakan pengaruh penguasa pribumi) untuk membangun
jalan-jalan dan benteng-benteng pertahanan. Demikian juga karena kas
negara kosong menyebabkan ditempuhnya cara-cara lama untuk mengisi kas negara.
Dengan demikian, kehidupan rakyat pribumi tetap menderita. Ketika akhirnya
Inggris menyerbu Pulau Jawa, Daendels sudah dipanggil kembali ke Eropa.
Penggantinya tidak mampu menahan serangan Inggris dan terpaksa menyerah. Dengan
demikian, Indonesia berada di bawah kekuasaan Inggris.
Masa pemerintahan Raffles (1811–1816)
Setelah Indonesia (khususnya Pulau Jawa) jatuh
ke tangan Inggris, oleh pemerintah Inggris dijadikan bagian dari jajahannya di
India. Gubernur Jenderal East India Company (EIC), Lord Minto yang berkedudukan
di Calcuta (India) kemudian mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai wakil
gubernur untuk Indonesia (Jawa). Raffles didampingi oleh suatu badan panasihat
yang disebut Advisory Council. Tugas yang utama adalah mengatur pemerintahan
dan meningkatkan perdagangan, serta keuangan. Sebagai seorang yang beraliran
liberal, Raffles menginginkan adanya perubahan-perubahan dalam pemerintahan di
Indonesia (Jawa). Selain bidang pemerintahan, ia juga melakukan perubahan di
bidang ekonomi. Ia hendak melaksanakan kebijaksaaan ekonomi yang didasarkan
pada dasar-dasar kebebasan sesuai dengan ajaran liberal. Langkah-langkah yang
diambil oleh Raffles dalam bidang pemerintahan dan ekonomi adalah sebagai
berikut.
·
Mengadakan penggantian sistem
pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguasa pribumi dengan sistem
pemerintahan kolonial ala barat. Untuk memudahkan sistem administrasi
pemerintahan, Pulau Jawa dibagi menjadi delapan belas karesidenan.
·
Para bupati dijadikan pegawai
pemerintah sehingga mereka mendapat gaji dan bukan lagi memiliki tanah dengan
segala hasilnya. Dengan demikian, mereka bukan lagi sebagai penguasa daerah,
melainkan sebagai pegawai yang menjalankan tugas atas perintah dari atasannya.
·
Menghapus segala bentuk
penyerahan wajib dan kerja paksa atau rodi. Rakyat diberi kebebasan untuk
menanam tanaman yang dianggap menguntungkan.
·
Raffles menganggap bahwa
pemerintah kolonial adalah pemilik semua tanah yang ada di daerah tanah jajahan
dan para penggarap sawah adalah penyewa tanah pemerintah. Oleh karena itu, para
petani mempunyai kewajiban membayar sewa tanah kepada pemerintah. Sewa tanah
atau landrente ini harus diserahkan sebagai suatu pajak atas pemakaian tanah
pemerintah oleh penduduk.[31] Sistem
sewa tanah semacam itu oleh pemerintah Inggris dijadikan pegangan dalam
menjalankan kebijaksanaan ekonominya selama berkuasa di Indonesia. Sistem ini
kemudian juga diteruskan oleh pemerintah Hindia Belanda setelah Indonesia
diserahkan kembali kepada Belanda.
Perubahan di Bidang Sosial Ekonomi
Sejak awal abad ke-19, pemerintah Belanda
mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk membiayai peperangan baik di Negeri
Belanda sendiri (pemberontakan rakyat Belgia), maupun di Indonesia (terutama
perlawanan Diponegoro) sehingga Negeri Belanda harus menanggung hutang yang
sangat besar. Untuk menyelamatkan Negeri Belanda dari bahaya kebrangkrutan maka
Johanes van den Bosch diangkat sebagai gubernur jenderal di Indonesia dengan
tugas pokok menggali dana semaksimal mungkin untuk mengisi kekosongan kas
negara, membayar hutang, dan membiayai perang. Untuk melaksanakan tugas berat
itu, van den Bosch memusatkan kebijaksanaannya pada peningkatan produksi
tanaman ekspor. Untuk itu, yang perlu dilakukan ialah mengerahkan tenaga rakyat
tanah jajahan untuk melakukan penanaman tanaman yang hasilnya laku di pasaran
dunia dan dilakukan dengan sistem paksa. Setelah tiba di Indonesia (1830) van den
Bosch menyusun program kerja sebagai berikut.
·
Sistem sewa tanah dengan uang
harus dihapus karena pemasukannya tidak banyak dan pelaksanaannya sulit.
·
Sistem tanam bebas harus
diganti dengan tanam wajib dengan jenis-jenis tanaman yang sudah ditentukan
oleh pemerintah.
·
Pajak atas tanah harus dibayar
dengan penyerahan sebagian dari hasil tanamannya kepada pemerintah Belanda.
Apa yang dilakukan oleh van den Bosch itulah
yang kemudian dikenal dengan nama sistem tanam paksa atau cultuur stelsel.[33] Sistem
tanam paksa yang diajukan oleh van den Bosch pada dasarnya merupakan gabungan
dari sistem tanam wajib (VOC) dan sistem pajak tanah (Raffles). Pelaksanaan
sistem tanam paksa banyak menyimpang dari aturan pokoknya dan cenderung untuk
mengadakan eskploitasi agraria semaksimal mungkin.
Akibat Tanam Paksa Bagi Indonesia (Khususnya Jawa)
1. Sawah ladang
menjadi terbengkalai karena diwajibkan kerja rodi yang berkepanjangan sehingga
penghasilan menurun drastis.
2. Beban rakyat
semakin berat karena harus menyerahkan sebagian tanah dan hasil panennya,
membayar pajak, mengikuti kerja rodi, dan menanggung risiko apabila gagal
panen.[35]
3. Akibat
bermacam-macam beban menimbulkan tekanan fisik dan mental yang berkepanjangan.
4. Timbulnya
bahaya kemiskinan yang makin berat.
5. Timbulnya
bahaya kelaparan dan wabah penyakit di mana-mana sehingga angka kematian
meningkat drastis.
Bahaya kelaparan menimbulkan korban jiwa yang
sangat mengerikan di daerah Cirebon (1843), Demak (1849) dan Grobogan (1850).
Kejadian ini mengakibatkan jumlah penduduk menurun drastis. Penyakit busung lapar (hongorudim)
juga berkembang di mana-mana.
Akibat Tanam Paksa Bagi Belanda
Apabila sistem tanam paksa telah menimbulkan
malapetaka bagi bangsa Indonesia, sebaliknya bagi bangsa Belanda berdampak
sebagai berikut.
1. Mendatangkan
keuntungan dan kemakmuran rakyat Belanda.
2. Hutang-hutang
Belanda dapat terlunasi.
3. Penerimaan
pendapatan melebihi anggaran belanja.
4. Kas Negeri
Belanda yang semula kosong, dapat terpenuhi.
5. Berhasil
membangun Amsterdam menjadi kota pusat perdagangan dunia.
6. Perdagangan
berkembang pesat.
Sistem tanam paksa yang mengakibatkan
kemelaratan bagi bangsa Indonesia, khusunya Jawa, menimbulkan reaksi dari
berbagai pihak, seperti golongan pengusaha, Baron Van Hoevel, dan Edward Douwes
Dekker. Akibat adanya reaksi tersebut, pemerintah Belanda secara
berangsur-angsur menghapuskan sistem tanam paksa. Sesudah tahun 1850, kaum
Liberal memperoleh kemenangan politik di Negeri Belanda. Mereka juga ingin
menerapkan asas-asas liberalisme di tanah jajahan. Dalam hal ini kaum Liberal
berpendapat bahwa pemerintah semestinya tidak ikut campur tangan dalam masalah
ekonomi, tugas ekonomi haruslah diserahkan kepada orang-orang swasta, dan agar
kaum swasta dapat menjalankan tugasnya maka harus diberi kebebasan berusaha.
Sesuai dengan tuntutan kaum Liberal maka pemerintah kolonial segera memberikan
peluang kepada usaha dan modal swasta untuk menanamkan modal mereka dalam
berbagai usaha di Indonesia, terutama perkebunan-pekebunan di Jawa dan di luar
Jawa. Selama periode tahun 1870–1900 Indonesia terbuka bagi modal swasta Barat.
Oleh karena itu masa ini sering disebut zaman Liberal. Selama masa ini kaum
swasta Barat membuka perkebunan-perkebunan seperti, kopi, teh, gula dan kina yang cukup besar
di Jawa dan Sumatra Timur. Selama zaman Liberal (1870–1900), usaha-usaha
perkebunan swasta Barat mengalami kemajuan pesat dan mendatangkan keuntungan
yang besar bagi pengusaha. Kekayaan alam Indonesia mengalir ke Negeri Belanda.
Akan tetapi, bagi penduduk pribumi, khususnya di Jawa telah membawa kemerosotan
kehidupan, dan kemunduran tingkat kesejahteraan. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti berikut.
1. Adanya
pertumbuhan penduduk yang meningkat pada abad ke-19, sementara itu jumlah
produksi pertanian menurun.
2. Adanya
sistem tanam paksa dan kerja rodi yang banyak menimbulkan penyelewengan dan
penyalahgunaan dari pihak pengusaha sehingga membawa korban bagi penduduk.
3. Dalam
mengurusi pemerintahan di daerah luar Jawa, pemerintah Belanda mengerahkan
beban keuangan dari daerah Jawa sehingga secara tidak langsung Jawa harus
menanggung beban keuangan.
4. Adanya
sistem perpajakan yang sangat memberatkan penduduk.
Adanya krisis perkebunan pada tahun 1885 yang mengakibatkan perusahaan- perusahaan mengadakan penghematan, seperti menekan uang sewa tanah dan upah kerja baik di pabrik maupun perkebunan. Pada akhir abad ke-19 muncullah kritik-kritik tajam yang ditujukan kepada pemerintah Hindia Belanda dan praktik liberalisme yang gagal memperbaiki nasib kehidupan rakyat Indonesia. Para pengkritik itu menganjurkan untuk memperbaiki rakyat Indonesia. Kebijaksanaan ini didasarkan atas anjuran Mr. C. Th. van Deventer yang menuliskan buah pikirannya dalam majalah De Gids (Perinstis/Pelopor) dengan judul Een Ereschuld (Berhutang Budi) sehingga dikenal politik etis atau politik balas budi. Gagasan van Deventer terkenal dengan nama Trilogi van Deventer.
Sumber utama: Wikipedia
Komentar
Posting Komentar